Jumat, 21 Maret 2008

Mengapa tersenyum itu ibadah

Pernahkan anda memikirkannya ?

Tersenyum adalah kebiasaan saya sehari-hari, setidaknya sampai beberapa waktu lalu. Buat saya sekedar tersenyum dengan tulus bukanlah sesuatu yang bisa dianggap suatu kerja, apalagi pekerjaan berat. Jadi saya belum dapat mengerti mengapa memberikan senyuman dengan tulus bisa bernilai ibadah, sampai akhirnya . . .
beberapa waktu lalu saya mulai belajar mengerti betapa tersenyum itu bukan kegiatan yang gampang. Ada banyak situasi dimana tersenyum dapat relatif merugikan saya.

Kita tinggal di masyarakat yang sedang melakukan pergeseran besar-besaran. Banyak nilai-nilai yang sejak lama hidup dan berkembang sebagai "kebijaksanaan lokal" sekarang tumbang dan ditinggalkan. Sebagian memang karena nilai-nilai tersebut telah sering disalah-gunakan oleh para penguasa di berbagai tingkatan untuk melakukan pembenaran dan manipulasi. Reformasi, tidak hanya meruntuhkan kekuasaan orde baru, tetapi telah pula meruntuhkan banyak nilai-nilai positif di kehidupan kita.

Bangsa yang dulu dikenal sangat ramah sekarang mulai bergeser mundur menjadi bangsa bar-bar. System breakdown. Kepentingan anda hanya akan dilayani jika anda benar-benar menakutkan bagi pihak yang melayani anda. Untuk dapat menjadi menakutkan anda harus kaya raya atau memegang kekuasaan tertentu (setidaknya yang dapat mempengaruhi dirinya) atau berpengaruh (di masyarakat atau di pemerintahan) atau malah seperti preman yang fisiknya menakutkan, violent dan gak pake mikir (short fuse). Sedangkan jika anda mendapat giliran untuk melayani orang lain maka anda didorong untuk melakukan hal serupa supaya anda tidak dikerjai (disembarangi) orang yang ingin dilayani oleh anda. Arghhhhhh

Saya jadi teringat tanyangan National Geographic di tv. Kalau dua hewan ketemu, (dua hewan buas, mangsa dan predator, penguasa wilayah, atau pejantan birahi) masing-masing harus segera menunjukkan betapa berbahaya dirinya.
Rupanya insting kehewanan kita di tuntut untuk sering muncul di hari-hari ini. Alih-alih tersenyum, sebagian orang lebih terdorong untuk menunjukkan betapa sangarnya dia. Tersenyum adalah tanda kelemahan bahwa seseorang tunduk pada orang lainnya. Kecuali penampilan fisik orang itu atau rumor tentang dirinya mununjukkan sebaliknya. Bisa ditebak kemudian efek domino yang terjadi. Kondisi umum tercipta, kebiasaan terbentuk. Apakah naluri kehewanan kita sudah sedemikan tinggi ?

Yah tersenyum tulus memang sekarang sudah jadi ibadah beneran. Ada usaha yang cukup keras untuk melakukannya. Dan tidak hanya tertawa saja yang tidak boleh sembarangan, tersenyum juga harus melihat situasi dan kondisi.
What a life !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar