Jumat, 19 Juni 2009

Akademisi, kaum ilmiah, benarkah ?

Pertama kali menemukan tulisan Tan Malaka ini saya tersentak. Merasa tertohok, terhina tetapi sekaligus tersadarkan. Betapa rutinitas sehari-hari dan pemahaman lingkungan (kelaziman lokal) telah mengaburkan esensi dari aktifitas yang dilakukan.

Saya tidak sepaham dengan keyakinan Tan Malaka yang kiri, tetapi bukankah butir-butir pemikirannya terbuka untuk dikaji ? Bukankah saya termasuk di antara orang-orang yang sampai sekarang diberi amanah untuk melakukannya (seberapa pun masih amatir dalam kemampuan) ?

Tan Malakan, sang pejuang bangsa, bahkan pada tahun 1946 telah memperingatkan tentang kesombongan akademik. Tentang bagaimana "orang-orang" akademik terjebak pada kedangkalan pemikiran dalam balutan gaun indah ilmu pengatahuan, lengkap dengan lingo-nya.

Pemikiran zaman baheula Tan Malaka ternyata malah menjadi semakin relevan di dunia modern tahun 2000-an.
Manusia masih saja diajarkan secara massal untuk bersaing dengan ciptaannya sendiri. Bersaing dengan kalkulator, dengan computer, dengan robot. Atas nama tenaga kerja murah, manusia semakin direndahkan kemanusiaannya.

Dan bagaimana mau mencerdaskan kehidupan bangasa jika para "pekerja akademik" benar-benar terjebak dalam rutinitas, ritual yang tidak pernah dikaji ke-efektifitasn-nya. Pikirannya tertutup, beku, sombong hingga tidak mau berubah sedikitpun.

Seorang fisikawan yang namanya masih dikenang hingga hari ini pernah mencoba menggambarkan peran manusia sesungguhnya, masih jauh di atas kemampuan mesin-mesin karyanya hingga hari ini;

“Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we now know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand.” - Albert Einstein




Berikut adalah kutipan bahan introspeksi diri, peringatan Tan Malaka bagi kita, ditulis di masa notebook dan netbook belum berserakan dan di kampus internet belum tersedia.


Thesis (10 Juni 1946)

KATA PENGANTAR
...
Kita membenarkan sama sekali keperluan latihan akademi dalam ilmu seperti kimia, listrik, dan tehnik. Tetapi inipun tidak berarti bahwa yang ulung dan berhak bersuara dalam ilmu semacam itu mestinya hanya keluaran akademi saja. Cukuplah disini disebutkan bahwa pembikin beberapa teori yang amat berharga dalam hal listrik di jaman listrik ini seperti Michael Faraday Cuma keluaran sekolah sebenggol (rendah) saja. Thomas Edison, penemu (inventor) listrik diusir oleh gurunya dari kelas satu atau dua di sekolah rendah tadi pula karena…..bodoh.

Penuh contoh lain-lain dalam ilmu seperti tersebut diatas: tehnik, kimia, matematika ataupun BIOLOGY. Banyak ilmu yang dijalani dan teori penting yang dibentuk oleh hokum akademicia. Sebaliknya banyak pula contoh yang membuktikan bahwa akademici itu Cuma tukang hafal saja, tukang "catut" ilmu orang lain saja. Semuanya membuktikan bahwa "title" itu Cuma satu surat "pas" saja dalam dunia kecerdasan, bukanlah kecerdasan sendiri!
...

TAN MALAKA

referensi:
[1] http://www.tanmalaka.estranky.cz/clanky/karya-karya-tan-malaka/thesis--_10-juni-1946_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar