Minggu, 07 November 2010

Potensi radio komunikasi 2m setelah bencana

Akhirnya sampai kembali ke kos :-). Mendengarkan komunikasi di frekuensi 149.070 Mhz yang tertata lebih baik dari tadi siang. Mataku mulai berat, tapi "suara-suara" di kepala sayang kalau hanya diabaikan. Maka mohon maaf kalau agak sedikit ngawur nulisnya.
Kalau banyak kota di Indonesia beberapa waktu yang lalu pernah mengalami fenomena booming pembelian hape, hingga sempat menimbulkan antrian panjang, maka saya menyaksikan hal serupa beberapa hari ini di kota Jogja. Hanya saja orang-orang mengantri bukan untuk membeli hape (telepon selular) tetapi membeli ht. Yah, ht alias handy talky alias radio komunikasi dua arah alias .... hmmm apa lagi ya ? :-D


Hal ini dapat terjadi selain karena (jelas) kekhawatiran masyarakat terhadap resiko bencana juga karena harga perangkatnya yang juga relatif terjangkau. Harganya sengaja tak saya sebutkan karena alasan ogah memperparah keadaan , hehehe. Di satu tempat penjualan saja saya perkirakan dalam sehari mampu menjual lebih dari 15 unit dari berbagai produsen.


Lepas dari hak kita, masyarakat, untuk memperoleh informasi, ini bisa menjadi potensi masalah atau malah potensi pemberdayaan (solusi). Sekarang saja dalam keadaan bencana ada orang yang begitu sangat teganya mengganggu jalur komunikasi. Istilahnya ngejam, memancarkan / meradiasikan gelombang elektromagnetik sehingga pemancar lain tidak dapat berkomunkasi dengan baik. Nah apalagi kalau dalam keadaan tidak bahaya ?


Tetapi belajar dari berbagai bencana di negeri ini, maka tidak pada tempatnya masyarakat sekeliling Gunung Merapi terlena dengan kemudahan komunikasi lewat operator telepon selular. Masyarakat harus bisa survive bahkan tanpa jaringan telepon selular sekalipun. Karenanya ibarat dua sisi mata uang, potensi besar gangguan ini bisa dikelola dan diolah untuk berubah menjadi sesuatu yang positif, sebagai sebuah solusi.  Sebagai contoh nyata, bencana Gunung Merapi 2010 bisa disebut sebagai fenomena #jalinmerapi (Jalin Merapi) dan #BALERANTE, dua kata yang akrab di sebagian masyarakat Jogja dan Jateng yang "melek" info Merapi. Potensi adalah peluang yang perlu ditangkap oleh ORARI dan RAPI.


Ratusan orang pemilik ht yang baru ini bisa menjadi potensi masalah yang besar atau malah menjadi kekuatan penanggulangan berbagai permasalahan sosial yang makin hari makin pelik. Ini kesempatan bagi para pengurus ORARI dan RAPI untuk menunjukkan semangat amatir radio sejati. Jangan sampai olok-olok yang dulu sekali saya dengar tetap terus menghantui, bahwa perlu dana yang relatif besar untuk menjadi seorang anggota. Ini potensi besar, ke arah mana menujunya bergantung banyak dari kepedulian pihak-pihak yang paling berkepentingan.

10:00 PM sampai 01:19 PM [yang benar AM, maaf mengantuk :-)]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar