Selasa, 14 Juli 2009

Antara konsep dan implementasi #2

Catatan kecil perjalanan:

Sebagai seorang muslim saya sejak kecil diajarkan bahwa saya harus berdoa sesuai dengan ajaran agama saya. Dan seorang muslim akan berdoa dengan doa-doa muslim. Tidak ada masalah dengan itu, doa-doa dalam Islam ada banyak dan baik isinya serta indah.

Suatu waktu saya bertemu dengan kata-kata yang baik, yang juga indah, menginspirasi dan bahkan menggetarkan di sebuah buku. Ternyata kata-kata tersebut
merupakan doa dari rekan-rekan yang beragama Kristen.

Karena saya muslim maka saya tentu tidak akan berdoa dengan doa ini. Tetapi bagi saya, sejauh ini, kata-kata yang baik (doa atau bukan doa) dari manapun datangnya adalah kata-kata yang baik. Sedikit berusaha mensyukuri nikmat Allah SWT, berupa akal budi yang masih berfungsi untuk dapat mencerna kata-kata dalam bahasa manusia.

Kata-kata yang baik, yang menginspirasi, seringkali menggetarkan jiwa. Menyeru pada kebaikan universal, perjuangan untuk menjadi manusia.

May God bless you with discomfort
at easy answers, half truths and superficial relationships
so that you may live deep within your heart.

May God bless you with anger
at injustice, oppression and exploitation of people
so that you may work for justice, freedom and peace.

May God bless you with tears
to shed for those who suffer pain, rejection, hunger and war
so that you may reach out your hand to comfort them and
to turn their pain into joy.

And may God bless you with enough foolishness
to believe that you can make a difference in the world
so that you can do what others claim cannot be done
to bring justice and kindness to all our children and the poor.

Bagi rekan-rekan yang beragama Kristen, CMIIW, kata-kata indah tersebut berasal dari Franciscan blessing atau “Franciscan Benediction,” sebagaimana yang dikutip oleh Phillip Yancey dalam bukunya, Prayer: Does It Make Any Difference?

Reference:
[1] A Franciscan Benediction
[2] Alan in Belfast

Tidak ada komentar:

Posting Komentar