Selasa, 30 Desember 2008

Njawani, menjadi Orang Jawa (menurut Trust)

Orang Jawa dan bukan Jawa barangkali tidak menjadi soal sehari-hari. Tapi menjelang pemilu apa saja perbedaan seorang kandidat akan menjadi lubang yang seolah harus dielsploitasi. Menarik menyimak cuplikan dari Majalah Trust.

Njawani? Pasti istilah ini juga tak punya definisi jelas. Konon, seorang politisi yang njawani itu harus bisa sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji-aji, nglurug tanpa bala, dan menang tanpa ngasorake. Bahasa gaulnya, si politisi itu harus jaim untuk tetap terlihat santun, tidak agresif, dan tidak lengah kalau dipuji.

[1] Majalah Trust

Minggu, 21 Desember 2008

Terlalu sering menjual nama tuhan

Hari gini tidak afdol rasanya kalau tidak selalu menjual nama tuhan. Nama tuhan, dalam bahasa apapun, sepertinya  masih sangat ampuh untuk diperalat di komunitas yang katanya religius ini. Kalau perlu jual judi togel dengan membawa-bawa nama tuhan. Jago framing kita ini !

Di sisi inilah saya harus mengakui masih salut dengan Lia Eden. Ups, sebentar dulu saya bukan pengikutnya dan tidak pula mengimani sedikitpun ajarannya. Tetapi setidaknya Lia Eden yang seorang wanita itu, dalam bahasa saya, seolah-olah seperti berujar, "ini dadaku, mana dadamu." Sekalipun tidak mengangkat dirinya sebagai tuhan, melainkan hanya sebagai penyampai, seorang Lia Eden berani menghadang deras arus yang menghantam. Dan bukannya balik arah seperti yang lain (kecuali kalau mereka benar-benar insyaf). SALUT !!!.

Lia Eden itu berada di luar ranah klasik, menurut saya. Karenanya tidak tepat buat saya untuk menghakiminya dengan ajaran yang tidak ia yakini. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang selalu menjual nama tuhan dengan bertindak dengan pola yang selalu bertentangan dengan suruhan Tuhan yang namanya ia sebut ?

Saya dulu pernah di sisi itu, sampai akhirnya saya muak, dan sangat muak dengan ketidaksesuaian antara perkataan dengan perbuatan. Bagi saya untuk belajar menjadi orang baik itu jauh lebih susah daripada menceramahi orang seperti saya dulu. Karenanya saya berharap agar sampai mati tidak lagi berada dalam posisi (harus) menjadi seorang penjual nama tuhan.

Agama itu pencerahan, bukan penyesatan. Agama itu prosedur untuk dilaksanakan, bukan sekedar cerita untuk pengantar tidur atau sarana mencari status sosial di masyarakat. Dan hampir tidak ada yang lebih berbahaya dari menjual agama dan tuhan dalam kesesatan. Sebab agama itu berada di wilayah spiritual, yang tidak seluruhnya bisa dilogika. Soal kesesatan dari ajaran agama induk ini, jangan aneh jika banyak orang yang sebenarnya berpendidikan baik, bisa menjadi pengikut seorang seperti Lia Eden. Karena jika sudah di wilayah spiritual, hampir matilah akal. Mungkin karena itu pula ada agama besar yang sangat menghimbau akal dalam beragama, supaya manusia tidak seperti kerbau yang dicocok hidung.

It is not just The Devil Wears Prada, IT IS THE SATAN HIMSELF !!!


PUT YOUR MONEY WHERE YOUR MOUTH IS !!!

Sabtu, 13 Desember 2008

Duit never dies, benarkah ?

Ada-ada saja, salah seorang keluarga saya menuturkan semacam pantun berikut:
Tekek menek ondo,
Ben tuwek anggere koyo
Mana tahan, ... laki-laki banyak harta gak ada matinya!
Seandainya ada yang menjadikannya semboyan, miris juga, sebegitu dangkalnya ... atau justru sebegitu pintarnya ? Entahlah, karena sistem nilai kita ini praktinya sudah tidak lagi jelas.

Rabu, 10 Desember 2008

Bila orang-orang pintar melakukan hal-hal bodoh

Demi kepentingan untuk berupaya mencerdaskan diri, hari ini saya membaca buku bagus; "Think Smart - Act Smart, Avoiding the Business Mistakes That Even Intelligent People Make". Iya lah, bagaimana mungkin membantu mencerdaskan kehidupan bangsa jika saya tetap bodoh dan ignorant.
Di buku itu saya menemukan kalimat bagus dari Sir Isaac Newton:
‘‘I can predict the motions of the planets, but not the limits of human folly.’’
He-eh kebodohan kita, manusia, sering tak bisa diduga dan diukur.

Selasa, 09 Desember 2008

Electra Pilot Project

Beberapa hari ini sedang sibuk mempersiapkan basic framework untuk tahap awal expose Electra Project. Tahap awal ini penting untuk menentukan apakah proyek ini layak untuk diteruskan.


Mudah-mudahan nanti presentasi sekitar 20 frame ini berhasil baik. Mudah-mudahan pula niat untuk empowering ini benar-benar dapat ditindak lanjuti, semoga.

Senin, 08 Desember 2008

If shit can happen

Sudahkah kita mempelajari semua kemungkinan yang paling mungkin terjadi ? Sudahkah kita belajar dari pengalaman pada pendahulu kita ? Sudahkah kita belajar dari kenyataan ?

IF SHIT CAN HAPPEN, IT WILL HAPPEN !
--Murphy's Law

I've told you that dude !  Jangan bilang aku gak pernah bilang ya.
You have been warned, too many times !

Machiavellianism, not to be so good

Still wanna be Mr Nice Guy ?
...Any man who tries to be good all the time is bound to come to ruin among the great number who are not good. Hence a prince who wants to keep his authority must learn how not to be good, and use that knowledge, or refrain from using it, as necessity requires.”
The Prince, Niccolo Machiavelli (1469-1527)


Minggu, 07 Desember 2008

Life is pain, begitu kata 'film'

Memorable quotes for "The Princess Bride" (1987)
Westley: Life is pain, Highness. Anyone who says differently is selling something.
Berhati-hatilah pada kata-kata manis, janji-janji palsu, dan tipuan mata.
Ada apa di balik batu ?

Referensi:
[1] imdb

Kamis, 04 Desember 2008

Apakah tugas seorang manajer ?

Berapa banyak dari kita yang pernah diberi peluang untuk memimpin dan mengatur orang lain? Dan berapa banyak dari kita yang berusaha mengerti bahwa peluang untuk memimpin tersebut lebih dari sekedar kesempatan untuk kita menjadi juragan ? Lebih dari sekedar fasilitas untuk menyuruh-nyuruh orang lain ?

Cuplikan berikut memang klise, tapi penting juga untuk berusaha selalu kita ingat.
...
Contrary to popular belief, managers and bosses are not there to discipline you, tell you off, or check your punctuality, but are in fact there to supportyou and facilitate your success. They are there to make sure you have the tools, resources, environment, training, and qualifications to do your job.
They are there to serve you, not the other way round.
...

Jill Walker (2007). Is your boss mad. p.17.


Nah mungkin inilah salah satu yang benar-benar perlu kita lakukan untuk bangsa ini.
To serve proportionally.

successful psychopaths

Manajer sukses itu harus kebayakan setengah gila ?
...
“The senior business managers appear to possess elements of psychopathic personality disorder that have been referred to as the emotional components, and they closely resemble characteristics known to be beneficial to achieving in a senior management role”, the authors said. These findings are consistent with the concept of ‘successful psychopaths’ – “people with personality disorder patterns, but without the characteristic history of arrest and incarceration”, they explained.
...
Board, B.J. & Fritzon, Katarina, F. (2005). Disordered personalities at work.
Psychology, Crime and Law, 11, 17-32.




(Jangan sampai) maling teriak maling

Berikut ini penggalan karya Romi Satria Wahono yang saya copy paste. Sangat berharga untuk kita renungkan bersama

Teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!

Mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan!

Mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-korupsi!



Tulisan lengkapnya bisa dibaca di romisatriawahono.



Kekeluargaan

Kekeluargaan, begitulah "mantra" yang mulai sering diperdengarkan di banyak tempat, dan di banyak kesempatan.
Apa arti dan makna dari kekeluargaan itu sendiri ? Bagaimana ciri-ciri sebuah kelompok (atau bahkan keluarga) yang menerapkan prinsip-prinsip kekeluargaan ?
Yang menjengkelkan, seperti halnya kata nasionalisme, kekeluargaan umumnya baru akan 'keluar' jika keadaan menjadi susah dan tidak menyenangkan. Kapankah kata nasionalisme itu diucapkan atau digembar-gemborkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan ? Di antaranya kita bisa menemuinya pada saat PILKADA dan PEMILU, pada saat bencana alam atau pada saat harga BBM naik atau malah pada saat resesi. Intinya adalah bagi-bagi kesuliitan.
Kalau pada saat bagi-bagi kesenangan dan kebahagiaan, jarang orang ingat dengan orang lain. Langka pula kata nasionalisme dan kekeluargaan terdengar.
Dua kata ajaib tersebut sudah jamak dipergunakan untuk sekedar memperalat orang lain. Jadi jangan salahkan kalau lama-lama orang jadi apatis dan tidak lagi percaya.