Kamis, 09 Juni 2011

Berpisah sementara

Aktivitas blogging saya sempat mati suri untuk beberapa waktu. Ada banyak aktifitas yang punya prioritas lebih tinggi yang harus ditangani. Informasi yang didapat di Internet dan ide yang berseliweran masih memerlukan waktu dan gerak jemari agar bisa diunggah di blog.

Pertolongan pertama datang dari Posterous.com dam Amplify.com. Keduanya adalah situs Internet yang dapat berfungsi sebagai aggregator. Tiap kali bertemu informasi yang menarik atau berguna di Internet saya bisa mempergunakan keduanya untuk menyimpan informasi itu tidak di dalam sistem komputer saya melainkan di situs saya di Internet.

Amplify.com dilengkapi denga add-on yang bisa ditaruh di browser. Untuk menyimpan melalui Posterous.com saya bisa mempergunakan add-on AddThis atau yang lebih baik yaitu Shareaholic. Terkadang AddThis dan Shareaholic sudah ada di beberapa situs dan siap untuk dipergunakan.

Pertolongan kedua datang dari ScribFire, sebuah add-on yang saya pasang di browser Firefox dan Chrome. Dengan menggunakan ScribeFire saya tidak lagi perlu melalui proses logging ke situs Blogspot yang masih agak lambat.

Dengan semua tools yang saya sebutkan di paragraf sebelum ini, kegiatan blogging bisa dilakukan dengan lebih singkat. Tetapi...kalau dilakukan melalui komputer :-). Semantara itu dengan keterbatasan waktu saya perlu memanfaatkan daya ungkit yang baru, yaitu telepon genggam.

Keterbatasan waktu ini terutama benar bila dibandingkan dengan jumlah dan laju informasi bermanfaat yang beredar di Internet. Yang mengesalkan terkadang informasi itu bisa "hilang" tertimbun sejumlah besar informasi lain. Atau kenyataan yang lebih parah, benar-benar hilang dari server aslinya yang Internet. Saya pernah terpaksa menggunakan hasil tembolok (cache) dari Google dan memformat ulang artikelnya. Google dan Bing biasanya baru bermanfaat membantu kalau kata kunci yang tepat dari informasi yang dicari diketahui :-)

Saya memang agak heran mengapa Google tidak menyebarluaskan aplikasi untuk Blogspot di OS Android. Saya masih harus menggunakan aplikasi dari pihak ke tiga; Blogger-droid dan Blogaway. Entah apakah ini karena Google lebih senang orang meng-update Blog mereka melalui komputer. Barangkali ini berkaitan dengan soal format tampilan iklan mereka :-)

Aplikasi pihak ke tiga untuk Blogspot tidak bisa dikatakan bekerja dengan seamlessly di handset saya yang murah meriah ini. Apalagi kalau dibandingkan dengan aplikasi dari Wordpress dan Tumblr.

Setelah ditunggu beberapa lama dan melalui beberapa kali update akhirnya saya putuskan untuk berpindah platform. Artinya sementara berpisah dulu dengan Blogspot dan beralih ke Wordpress.com.

Inilah dua blog saya yang baru (published):

- sunuvis.wordpress.com (input)

- pikirsa.wordpress.com (output)

Satu blog lagi masih saya buat privat sampai saatnya tiba untuk dibuka :-)

Mengenai mengapa ada beberapa blog yang dibuat, jawabannya adalah jatah cerita lain waktu di pikirsa.wordpress.com


Sabtu, 04 Juni 2011

Brain miniaturization (Frank & Ernest)


ComicReader- Frank & Ernest: 2000/08/03

Published with Blogger-droid v1.6.9

Eramuslim peduli Facebook (secara postif)?

Ini adalah berita dari Eramuslim.com. Saya sebenarnya tidak ingin ikut masuk ke dalam pembahasan Umi Kaltsum VS Musdah Mulia. Saya beberapa kali menonton pernyataan pendapat ibu Musdah Mulia di televisi dan sampai sekarang saya berfikir belum bisa sependapat dengan pemikirannya.

Sungguhpun saya sebagai orang awam tidak sependapat dengan pemikiran-pemikirannya, saya agak prihatin dengan beberapa pemberitaan di situs Eramuslim.com. Cuplikannya ada di bawah ini:
Berbeda dengan Umi Kaltsum yang banjir dukungan, facebook Musdah Mulia tampak terlihat sepi, bahkan tidak ada sama sekali dukungan dan simpati kepadanya. Hanya ada satu-dua orang memberi komentar. Namun itu pun tidak terkait dirinya yang dikatakan sebagai antek Amerika dalam seminar di Gedung Mulo Makassar.
Padahal Musdah Mulia memiliki dua laman facebook, atas nama Musdah Mulia dan Musdah Mulia II. Namun dalam pantauan Eramuslim.com, hingga pukul 12.00 WIB, tidak ada para pendukung Musdah Mulia yang membela Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. Sebab biasanya, banyak beberapa aktivis Jaringan Islam Liberal yang aktif memberikan simpati terhadap koleganya yang sedang ditimpa konflik. Apakah ini bisa dikatakan kekalahan Musdah dalam perang media? [1]
Lagi...
Niat Musdah Mulia yang akan mempidanakan Umi Kaltsum setelah mengatakan dirinya liberal dan antek Amerika, membuat para facebooker bergerak menggalang dukungan bagi Umi Kaltsum.
Seperti disuarakan Hanifah Ekarianti yang meminta agar Umi Kaltsum tidak takut dengan ancaman pengusung pemikiran Feminisme tersebut. 
“Jangan takut sama ancaman si musdah ngga mulia itu, toh dia cuma manusia biasa aja, gak ada apa-apanya dbanding Allah. Caiyo.”
Bahkan pemilik facebook atas nama Mohammad Islamy menyerukan kepada semua orang untuk melakukan penggalangan dukungan. Ia juga meminta Umi Kaltsum untuk gigih mengganyang faham liberalisme, sekularisme, dan pluralism yang lebih iblis dari pada iblis.
“Mari kita galang dukungan untuk ukhti Umi Kaltsum, yang di ancam dipidanakan oleh musdah semprul karena telah mengkritisi pemikiran liberal ala si semprul ini... Allahu Akbar!!! “ [2]
kutipan terakhir (dari Eramuslim) ...
Nama Umi Kaltsum mendadak heboh. Sang muslimah itu kian santer dibicarakan oleh sesama aktivis dakwah dua hari ini. Kisahnya yang berani mengkritik guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musdah Mulia, banyak mengundang decak kagum sesama rekan facebooker. Laman facebooknya pun ramai di-add oleh beberapa facebooker untuk menyuarakan dukungannya.
...
Umi mengatakan bahwa Musdah Mulia adalah antek Amerika yang liberal setelah pernah meraih nobel Internasional Women of Courage dari Washington pada 8 Maret 2007 lalu. Selain itu, Musdah juga mendapatkan hadiah sebesar Rp 6 miliar. (pz) [3]
Bukankah Mark Zuckerberg, pendiri Facebook [4], itu adalah keturunan Yahudi dan konon mengaku atheis?
‎"Mark was born in 1984 in New York. Although raised Jewish, he has since described himself as an atheist despite having his Bar Mitzvah when he was 13."[5]
Ini sekelumit informasi bagaimana Facebook mencari uang (keuntungan):
Phillips says. “They can make enough money selling big marketers volume impressions online, by running ads at their own site based not on keywords but on the actual tastes and preferences of Facebook users.” [6]
‎"Self-serve advertising allows marketers to decide precisely who they want to appeal to, and buy ads to put in front of users who fit the profile. " [7]

Saya akan sangat senang dan bahagia apabila ada akademisi yang mampu mematahkan argumentasi ibu Musdah Mulia secara elegan. Mereka yang menguasai secara baik landasan pikir dan teori dalam bidang itu barangkali bisa mematahkan secara telak argumentasi si ibu itu. Tapi kalau yang diangkat oleh media hanyalah caciannya saja, sepertinya tak perlu pentas akademis.

Saya, yang mengaku masih urakan, mengajak siapapun untuk membaca tulisan asli dari yang saya cuplik, langsung di Eramuslim.com. Saya merasa kata-kata yang ditulis di sana mirip (atau malah lebih keras?) dari yang biasa terpampang di "media Amerika". Apakah cacian dan umpatan yang disandingkan dengan penyebutan kebesaran nama Tuhan itu pantas? Ini standar pemberitaan model "pembela agama Islam" atau model pemberitaan media Amerika yang katanya dikuasai Yahudi itu?

Kemudian saya agak sulit memahami bagaimana Facebook begitu penting bagi acuan pemberitaan di Eramuslim. Lah kalau tolok ukurnya salingsapa.com mungkin saya masih bisa mengerti :-). Bagaimana mau menuduh "Amerika" selalu berstandar ganda kalau praktiknya masih begini?

Semoga saja ini berarti rekan-rekan sebangsa dan setanah air mulai sadar kenyataan :-). Bawa dari hulu sampai hilir kita masih banyak tergantung dari pihak-pihak di luar kita. Jadi urusannya sekarang  adalah bagaimana memanfaatkan teknologi yang "tidak asli punya kita" ini untuk sebesar-besarnya kebaikan. Sebab jangan sampai kita yang masih menggunakan teknologi asing ini dianggap sebagai antek Amerika, antek Israel, antek Jepang, antek China atau antek Taiwan :-)

p.s :

antek an.tek

[Jw n] orang (negara) yg diperalat atau dijadikan pengikut orang (negara) lain; kaki tangan; budak [8]

 

Semprul (Posted on 28. Aug, 2009 by edhy_sst)

Umpatan dalam bahasa Jawa yang berarti tidak mutu sama sekali. [9]

 

 

 


Jumat, 03 Juni 2011

Kompleksitas Komputasi Perempuan

Kompleksitas Komputasi Perempuan
by Romi Satria Wahono

Wahai mahasiswaku, bila kau tak paham, bertanyalah kepadaku
Aku bukan dosen terbaik yang pernah kau punya
Aku juga bukan peneliti brilian yang pernah kau temui
Tapi paling tidak tlah kupelajari dan kupahami banyak teori di bidang computing ini

Aku mengerti identifikasi object dan class ala James Rumbaugh dan Grady Booch
Bila kalian bingung dengan software testing atau metrics, jangan ragukan aku …
Aku hapal di luar kepala software engineering body of knowlegde
Dan buku Ian Sommerville dan Roger Pressman adalah sarapan pagiku
Bertanyalah juga tentang UML dan design pattern …
Karena aku belajar pertama kali di tahun ketika keduanya dilahirkan di dunia ini

Aku juga mengerti banyak teoritika artificial intelligence (AI)
Karena tekniknya sering kupakai di riset software testing dan software agent
Aku juga telah membaca buku legendaris AI milik Stuart J. Russel
Dan ku mengerti bagaimana implementasi AI di Java
Aku juga paham pemikiran Lotfi Zadeh tentang logika fuzzy
Yang ternyata tepat untuk menyelesaikan masalah yang uncertainty

Bila kalian mau mengambil topik data mining, tak usah ragu
Aku paham dengan baik algoritma C4.5, nearest neighbor, a priori
Ataupun algoritma clustering ala fuzzy c-means dan k-means

Bila akhirnya dokumen tak terstruktur yang kalian tangani
Juga telah ku khatamkan buku Information Retrieval-nya Christopher D. Manning
Aku mengerti bagaimana mengkonstruksi dan mengkompresi index
Dan aku hapal seluruh model information retrieval
Dari model exact matching ala boolean retrieval atau scoring ala vector space model

Tapi, kuingin kau tahu, wahai mahasiswaku …
Janganlah bertanya kepadaku masalah perempuan dan teknik komputasinya
Karena jujur, akupun tak tahu …
Kompleksitasnya melebihi yang kuduga, melampaui yang ku sangka
Andai kau tahu, perempuan itu makhluk yang paling sulit dikomputasi

Kau beri logika fuzzy, dia akan minta crisp
Kau beri algoritma sorting, dia akan minta random
Ketika kau pikir cukup dengan FIS, maka dia berharap kau menggunakan ANFIS

Model reasoning di kepalanyapun bisa berubah
Kadang rule-based, case-based dan bisa berakhir dengan model-based reasoning
Ketika kau mengira dia penganut madzhab single inheritance
Mau kaupun salah, karena dia kadang bisa menerima multiple inheritance
Paradigma pemrograman di hatinya juga bisa berpindah dengan cepat, secepat kilat
Hari ini procedural, lusa object-oriented dan minggu depan aspect-oriented paradigm

Ketika kau retrieve dia dengan model boolean, dia akan minta model vector space
Ketika kau index dia dengan normalisasi plus algoritma stemming dan lemmatization
Dia akan mentertawakanmu, menganggap dirimu lebay
Dan akhirnya dia malah memilih metode tidak efisien ala incidence matrix

Dan hebatnya …
Tak bisa kau ukur efisiensi algoritma yang dia gunakan dengan notasi Big O
Dan makin aneh kau rasakan …
Karena ketika kau pikir dia tak bisa dipahami dengan logika
Dia akan datang kepadamu dengan pemikiran penuh logika
Dan bahkan teori himpunan matematika

Wahai perempuan …
Andai kau tahu, kalau dalam computational complexity theory …
Ranah kompleksitasmu mungkin di atas NP-hard
Ku mengerti dan pahami bahwa aku tak slalu bisa menaklukkanmu
Karena itu, ajarkan kepadaku …
Metode komputasi yang tepat, yang paling efektif dan efisien …
Yang sebaiknya kugunakan untukmu …

 

http://romisatriawahono.net/2010/12/03/kompleksitas-komputasi-perempuan/


Kamis, 02 Juni 2011

Pelajaran dari orde baru

FB note by Sunu Pradana on Wednesday, June 1, 2011 at 10:42am

Hari-hari ini media televisi nasional marak dengan adegan yang berputar pada soal hukum dan keadilan. Tak sedikit yang berbicara dan berkata,"demi hukum" dan "demi keadilan." Anehnya di media massa nasional banyak anggota masyarakat yang menyuarakan maraknya ketidakadilan.

Agaknya perlu disuarakan lebih nyaring agar mereka yang mengatasnamakan hukum perlu berhati-hati. Perlulah barang sebentar belajar dari nasib aura Pancasila di era reformasi ini. Kalau mau jujur mengakui bagi generasi yang masih tergolong muda-dewasa saat ini, Pancasila dan penataran P4 identik dengan zaman orde baru. Karya rumusan pemikiran hebat pera pejuang kemerdekaan itu identik dengan rezim Presiden Soeharto yang tidak pernah kalah dalam pemilu. Karenanya setelah rezimnya jatuh maka Pancasila ikut terkena imbasnya, tak lagi populer seperti dulu. Segala yang berbau orde baru wajar dianggap hanyalah alat para penguasa untuk mengekalkan kekuasaannya.

Sekarang seharusnya orang-orang harus berhati-hati kalau mau berlindung di balik tameng hukum. Mereka yang mencari keuntungan dengan cara tak benar dengan memanfaatkan hukum serupa dengan mereka yang berusaha memanfaatkan Pancasila dan tata bernegara untuk tetap berkuasa. Kalau sampai bendungan emosi rakyat pecah, terjadi chaos maka hukum hanya akan jadi omong kosong yang tak bernilai di sebagian (besar) masyarakat. Nasibnya akan menjadi "ada tapi tak ditaati."

Hukum bagi khalayak luas yang awam adalah sarana mencapai dan menjaga keadilan. Segala tata formalnya diarahkan untuk menuju keadilan, bukannya diarahkan untuk menekan suatu golongan oleh golongan lain. Kalau hukum sudah berlama-lama "tidak lagi adil" maka tunggulah saatnya pecah kerusuhan massal. Sebab jika piring kosong jauh lebih banyak dari piring yang berisi, amarah itu bertemu bahan bakar tuntuntan perubahan nasib. Orang banyak akan main hakim sendiri, menegakkan keadilan menurut versinya sendiri. Hukum di rimba bisa jadi malah lebih baik, karena belum saya dengar sekumpulan rusa membantai harimau. Sedangkan di perkotaan rakyat bisa menggoyang penguasa.

Silahkan memperhatikan apakah indikasi sosial sekarang sedang menuju ke arah itu atau saya hanya mengutarakan omong kosong belaka. Lihat bagaimana semakin banyak orang yang tidak lagi mau mengalah di jalan raya tidak lagi mempertimbangkan hak orang lain di jalan. Indikasi lainnnya pun semakin banyak, silahkan diperhatikan.

Kalau penyelewengan hukum dari keadilan terus menerus dibiarkan berlaku bebas tanpa kontrol sama sekali dari anggota masyarakat maka resikonya akan ditanggung rakyat itu sendiri.