Kadang kala saya berfikir manfaat lain dari harga suatu buku adalah supaya seseorang tidak memiliki terlalu banyak buku yang harus dibaca. Pergi ke perpustakaan bisa jadi adalah suatu "halangan kecil" yang cukup berguna bagi beberapa orang. Nah yang repot adalah di "zaman komputer" sekarang ini orang gampang sekali terekspos dengan ribuan bahan bacaan, sebutlah web page, chm, pdf, odt, doc, halaaaaah....
Batas-batas antara ingin, perlu dan kemampuan sudah sangat sulit ditaati. Saya punya tiga buku dari Jasakom yang belum habis terbaca, empat buku teks yang tebal dan kadang membuat mual pada saat dipelajari. Nah yang paling parah adalah ebook, needless to say lah itu. Beberapa ribu halaman yang perlu di baca, ratusan ribu halaman yang ingin dibaca dan tak sampai lima ratus halaman yang mampu terbaca. Arghhh
Saya sudah kehilangan kehidupan sosial sejak beberapa tahun yang lalu, kurang apa lagi yaa... Pacar gak punya, istri apalagi, anak jelas gak ada, kerjaan sudah tinggal satu tempat, komitmen gak banyak cabang, kurang apa lagi yaa...
Padahal saya sangat senang membaca, entah itu masalahnya atau nafsunya yang kebesaran. Jadi sisi baik dari harga sebuah buku (bagi saya) adalah sama dengan hikmah dari polemik poligami di masyarakat. Talk about self-restraint !
Batas-batas antara ingin, perlu dan kemampuan sudah sangat sulit ditaati. Saya punya tiga buku dari Jasakom yang belum habis terbaca, empat buku teks yang tebal dan kadang membuat mual pada saat dipelajari. Nah yang paling parah adalah ebook, needless to say lah itu. Beberapa ribu halaman yang perlu di baca, ratusan ribu halaman yang ingin dibaca dan tak sampai lima ratus halaman yang mampu terbaca. Arghhh
Saya sudah kehilangan kehidupan sosial sejak beberapa tahun yang lalu, kurang apa lagi yaa... Pacar gak punya, istri apalagi, anak jelas gak ada, kerjaan sudah tinggal satu tempat, komitmen gak banyak cabang, kurang apa lagi yaa...
Padahal saya sangat senang membaca, entah itu masalahnya atau nafsunya yang kebesaran. Jadi sisi baik dari harga sebuah buku (bagi saya) adalah sama dengan hikmah dari polemik poligami di masyarakat. Talk about self-restraint !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar