Di suatu tempat di kerajaan mimpi para guru dan dosen melakukan presentasi di depan kelas sambil sesekali mencari informasi di internet. Para pendidik itu tidak lagi semata mengandalkan hasil karya mereka yang berupa
slide show dari OpenOffice Impress. Setiap kali sang pendidik lupa tentang suatu definisi atau berbeda pendapat dengan para siswa maka ia dengan gampang sekali mencari informasi tambahan secara
live di internet.
Aktifitas seperti itu telah sangat biasa dilakukan di sekolah kerajaan mimpi karena memang seluruh kelas telah masuk dalam jangkauan layanan
Wi-fi. Pengelola tempat pendidikan di kerajaan mimpi itu sadar betul tentang arti penting koneksi internet dan potensi yang dimilikinya untuk pendidikan. Internet tidak hanya "berisi" situs-situs porno, tidak hanya dipergunakan oleh para penjahat seksual. Internet juga berisi situs-situs pendidikan, sebagian merupakan situs pendidikan dengan pola tradisional dan sebagian lagi merupakan situs pendidikan yang bersifat
contemporary. Dan para penggunanya juga banyak yang merupakan pendidik, peneliti dan bagian dari kalangan ilmiah. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi seperti itu penguasa kerajaan mimpi dan pengelola sekolah bersikeras untuk mencarikan dana yang dibutuhkan untuk menjamin ketersedian dan kecepatan akses internet yang dibutuhkan.
Karena rutinitas penggunaan internet yang sudah mendarah daging seperti itu maka tidak ada seorang pendidik pun di kerajaan mimpi yang berani bersikap sok tau (formal:sok tahu). Mereka sadar betul bahwa sepanjang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi maka tiap perkataan mereka akan dengan gampang sekali diperiksa kebenaran unversalnya oleh para siswa. Hampir tiap definisi, rumus, dan hukum dapat dibandingkan dengan yang sudah disiarkan di internet. Lagi pula para siswa yang secara formal menjadi murid di suatu sekolah dapat dengan mudah menjadi murid tidak resmi dari para professor di tempat lain lewat mailing list,
groups,
chatting, atau sekedar lewat email. Para murid pun bersuka cita dan saling berbisik, bergosip tentang puluhan
ebook yang ditemukan dan telah di-
download semalam, siap untuk dipelajari dan diperbandingkan dengan apa yang sudah diajarkan kepada mereka.
Para pendidik kembali menghayati pepatah dari negara tetangga, NKRI:
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (di depan kita memberi contoh, di tengah membangun prakarsa dan bekerja sama, di belakang memberi daya-semangat dan dorongan). Mereka jadi sadar bahwa mereka bukanlah sumber kebenaran sejati, yang mereka bawa bukanlah suatu yang absolut, dan umumnya jelas bukan sesuatu yang tidak akan pernah terbantahkan. Lewat beberapa situs di internet sebagian malah jadi mengerti bahwa mendidik dalam bahasa Inggris (
educate) berasal dari bahasa latin
educare, yang berarti upaya untuk memancing keluar hal-hal yang telah ada dalam diri seseorang (
bring out that which is
within). Konon di Italia kata
education lebih diterjemahkan sebagai
upbringing daripada diterjemahkan sebagai
instruction.
Para pendidik di kerajaan mimpi kembali menghayati bahwa sebagian besar mereka bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bukan bergerak di bidang "ilmu gaib", ilmu tenung, ilmu pelet dan " ilmu" lainnya yang sejenis. Dalam
science and technology suatu usul dan pendapat baru bisa dinyatakan benar sebagai hukum apabila sudah diperiksa berkali-kali oleh banyak sekali orang yang dianggap telah terdidik dan terlatih dalam berbagai bidang ilmu yang berkaitan. Dengan sistematika penyaringan yang ketat seperti itu saja masih terdapat beberapa pendapat yang kemudian dikelompokkan sebagai
pseudoscience. Bisa dibayangkan apa yang terjadi dalam kelompok "ilmu" yang tidak dapat diperiksa kebenaran dari tiap pendapat yang diajukan.
Di kerajaan mimpi tidak ada yang berprofesi sebagai peramal nasib dan ahli nujum, bukannya karena dilarang tetapi karena ujiannya sangat berat. Dewan raja biasanya memerintahkan para calon ahli nujum untuk lima puluh kali menebak tiap
digit yang keluar dari perhitungan komputer. Tiap
digit itu berasal dari
message diggest berformat SHA-1 dan MD5 untuk lima puluh file di
server yang telah di-
download para penguji.
Karena tidak ingin dituduh sebagai ahli nujum palsu maka para pendidik di sekolah kerajaan mimpi umumnya hanya berani memproklamirkan diri sebagai
presenter. Ya, karena mereka sadar betul bahwa yang mereka sampaikan di depan kelas kepada para siswa adalah hasil penelitian, penemuan dan karya orang lain. Bahkan para pendidik yang telah diakui sebagai penemu sekalipun tidak berani berkoar-koar bahwa hasil temuan mereka bisa dipastikan akan selalu benar selamanya. Terlalu beresiko buat mereka sebab jika malam sebelumnya para siswa menemukan suatu kebenaran ilmiah yang telah disahkan dan ternyata bertentangan dengan hasil penemuannya, maka esok hari di depan kelas akses internet akan "membuktikan" bahwa penemuannya telah dinyatakan gugur. Ya, karena untuk banyak hal kebenaran itu relatif dan tidak
time invariant.
Tidak ada pendidik yang berani mengeluarkan pernyataan bahwa ia telah membaca semua buku dan mempelajari segala hal. Terlalu banyak buku yang diterbitkan setiap tahun dan terlalu banyak hal di dunia untuk dipelajari. Untuk tiap hal yang telah dipelajari pun selalu ada kemungkinan untuk terdapat perubahan dan pembaharuan. Tidak ada orang yang tahu semua hal dengan benar. Pendek kata, dengan akses
wireless internet di tiap kelas para guru dan dosen telah bertransformasi menjadi golongan yang rendah hati.
Para guru dan dosen menjadi sadar sepenuhnya bahwa tidak peduli bagaimana kerasnya mereka belajar dengan serius, tidak peduli bagaimana tekun-nya mereka melakukan penelitian, mereka tetaplah seorang manusia. Dan untuk seorang manusia:
to err is human. Sudah banyak contoh yang tertulis di situs-situs internet tentang gugurnya teori dan hasil penelitian dari para ilmuwan terkenal dunia. Bahkan seorang sekaliber Stephen Hawking pun dengan jujur mau mengakui bahwa ia sudah tidak lagi percaya dengan pendapatnya yang terdahulu tentang
black hole. Ia merevisinya dan mengajukan pendapatnya yang baru dalam sebuah
paper tahun 2005. Karena itu tidaklah gampang untuk suatu pendapat bisa diterima sebagai
axiom (postulate), apalagi yang diakui sebagai
lemma dan
theorem (
theory , law).
Lalu bagaimana tanggapan para siswa di kerajaan mimpi terhadap "kejujuran" para pendidik mereka ? Oh, ternyata para siswa tidak memperolok atau melecehkan para guru dan dosen mereka. Justru para siswa semakin menaruh rasa hormat kepada guru-guru mereka. Lho kok bisa ? Ya... , sebab ternyata para siswa di sana adalah pecandu internet, sama seperti para pendidiknya. Dan di internet pula mereka menemukan bahwa memang begitulah seharusnya sikap orang-orang yang berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Struktur besar
sciece and technology dibangun dengan pikiran yang terbuka, obyektif dan jujur. Para siswa justru senang dan bangga telah diasuh dengan memenuhi standar pikir keilmuan internasional. Dengan begitu kemanapun mereka pergi setelah lulus nanti mereka akan
pede dan tidak kagok, sebab mereka sudah terbiasa. Mereka siap bersaing dengan lulusan negara tetangga sekalipun.
Begitulah gairah sebagian besar siswa di kerajaan mimpi. Sebelum jam belajar resmi mereka telah terbiasa untuk belajar dan mempersiapkan diri dengan membaca dan berdiskusi. Di kelas mereka berkumpul dan sering mengakses internet bersama-sama. Mereka yang berasal dari keluarga mampu biasanya mau berbagi
notebook dengan siswa tidak mampu. Umumnya siswa "yang mampu" menghormati "siswa yang tidak mampu". Sebab dari internet para siswa mengetahui bahwa banyak orang besar dan berhasil di dunia sepanjang sejarah berasal dari kalangan keluarga miskin. Dan siswa-siswa "miskin harta" di kerajaan mimpi memang menunjukkan hal itu. Karena berasal dari keluarga yang miskin harta mereka tidak punya banyak pilihan. Mereka tahu mereka tidak bisa
berkolusi dengan banyak orang karena untuk itu perlu harta dan kekuasaan. Mereka pun sadar kelak setelah lulus sekolah mereka tidak bisa mengandalkan
nepotisme dalam menjemput rezeki, mencari harta untuk hidup. Sebagian besar keluarga mereka adalah orang-orang susah juga, yang jangankan untuk membantu orang lain, membantu dirinya sendiri untuk bertahan hidup pun sulit. Satu-satunya jalan pertolongan tuhan yang bisa mereka andalkan adalah kemampuan diri mereka sendiri. Dari internet mereka tahu bahwa
knowledge is power, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tiket mereka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan harta. Dan bagusnya secara umum di kerajaan mimpi itu berlaku pula semacam "American Dream", siapa yang bekerja cerdas, bekerja keras maka ia akan mendapatkan kesejahteraan.
Di kerajaan mimpi siswa-siswanya secara biologis sebenarnya tidak istimewa. Mereka pada dasarnya sama pintarnya dengan siswa-siswa dari negara lain. Yang kemudian membuat mereka terpacu untuk menjadi lebih baik dan lebih pandai dari sebelumnya adalah karena ada sistem
reward and punishment yang sesuai akal sehat dan berjalan baik. Siswa yang pandai karena bekerja keras dalam belajar mendapat banyak kemudahan. Selain itu di kerajaan mimpi umumnya ada kesesuaian antara konsep yang ditulis di buku-buku pelajaran dengan yang dipraktekkan di kehidupan sehari-hari. Bila di kelas siswa membaca dan belajar tentang manfaat bekerja cerdas, bekerja keras dan bekerja jujur, maka manfaat itu wujudnya dapat mereka lihat sendiri secara nyata sehari-hari. Dari internet mereka juga menemukan bahwa hampir semua orang sukses di segala bidang di kerajaan itu adalah pekerja yang cerdas, bekerja keras dan benar-benar jujur.
Para pendidik di kerajaan mimpi sadar bahwa tugas mereka berat, jauh lebih berat dari zaman sebelumnya. Mereka tidak lagi bisa berusaha membodohi para siswa. Para pendidik harus jadi contoh utama dari upaya memperluas wawasan akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab jika mereka mau belajar dan menyampaikan kembali hasil belajar dari cabang ilmu pengetahuan yang mereka geluti maka seharusnya mereka bersedia pula menerima hasil-hasil perkembangan cabang ilmu pengetahuan lainnya. Di kerajaan mimpi para guru fisika mau menerima "
the law of diminishing return" sebagaimana mereka bersedia menerima definisi satu detik itu adalah 9 192 631 770 kali perioda dari vibrasi dari radiasi dari atom cesium-133. Mereka mungkin memang belum pernah belajar ilmu ekonomi secara khusus, tapi toh mereka juga belum pernah pergi ke
National Institute of Standards and Technology (NIST) dan secara langsung mengukur sendiri panjang satu detik.
Dengan kemudahan akses internet di mana-mana para pendidik sadar bahwa mereka memang membutuhkan adanya akses internet di tiap ruang kelas tempat mereka melakukan presentasi. Mereka juga adalah pelajar, pelajar abadi. Meraka tidak boleh selalu kalah cepat dari siswa mereka. Mereka bukan sekedar melatih keterampilan bibir, tangan dan kaki para siswa. Lebih dari itu mereka mendidik mereka dengan dialog pemikiran. Sebab mereka sadar di zaman modern ini jarang suatu bangsa langsung dijajah pertama kali oleh prajurit dengan senjata. Perang itu umumnya diawali oleh perang pemikiran dan strategi. Dari internet mereka mendapat informasi bahwa negara-negara dengan teknologi majulah yang memperoleh untung paling besar dari setiap kegiatan ekonomi. Mereka belum tentu yang bekerja paling keras tetapi biasanya mereka memang yang bekerja paling cerdas. Kekayaan alam yang dikeruk dengan cucuran deras keringat putra-putra pribumi akan menjelma menjadi angka-angka di terminal komputer di suatu tempat di Singapura atau New York. Mereka yang mengendalikan aliran sumber kekayaan alam ini bekerja di ruangan berpendingin, tanpa mandi cucuran keringat setiap hari dan terik matahari.
Begitulah para pendidik dan siswa di sekolah-sekolah kerajaan mimpi mengambil mafaat dari akses internet yang tersedia di dalam dan di luar gedung, di kantin dan di seluruh ruang kelas. Para guru dan dosen dibekali dengan cukup untuk menjadi yang terdepan dalam memanfaatkan teknologi, bukan malah menjadi yang terakhir. Sebab menurut pepatah jika sang guru saja boleh kencing berdiri, apalagi siswanya, mereka tentu boleh kencing sambil berlari.
Referensi:
[1]
http://www.sathyasaiehv.org.uk/educare.htm[2]
http://www.educare.org/[3]
http://www.answerbag.com/q_view/480273[4]
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Siswa[5]
http://en.wikipedia.org/wiki/Metaphysics[6]
http://id.wikipedia.org/wiki/Metafisika[7]
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_science_and_technology[8]
http://www.chem1.com/acad/sci/pseudosci.html[9]
http://skepdic.com/pseudosc.html[10]
http://en.wikipedia.org/wiki/Pseudoscience[11]
http://en.wikipedia.org/wiki/MD5[12]
http://en.wikipedia.org/wiki/SHA_hash_functions[13]
PRINCIPLES OF ADULT LEARNING[14]
Adult Learning: An Overview[15]
Black holes turned 'inside out'[16]
http://en.wikipedia.org/wiki/Black_hole_information_paradox[17]
http://www.encyclopedia.com/category/Science_and_Technology/Mathematics/math.html[18]
Introduction to PhysicsDitulis pada ScribeFire, dikirimkan lewat StarOne.