Selasa, 21 April 2009

Foto banjir Samarinda 02

Banjir Samarinda 21 April 2009.

Buat yang tidak ingin basah, ada perahu menanti.


Anak-anak yang belum kenal takut, berenang di genangan air tanpa peduli mobil yang lewat.


Banjir Samarinda 21 April 2009. Di sepanjang Jalan PM Noor "beberapa" kendaraan roda dua mogok. Ada dua kendaraan roda empat yang juga mogok pada saat saya melewati jalan yang sebenarnya dalam keadaan banjir seperti ini menjadi pilihan utama untuk menuju ke kota Bontang dan Sangatta.
Banjir di sebagian wilayah Samarinda kali ini paling tidak menimbulkan kesulitan transportasi bagi banyak warga Samarinda. Lebih dari itu banyak rumah tergenang, ada resiko kesehatan masyarakat sebagai dampaknya dan juga potensi gangguan untuk kegiatan ujian nasional.

Tinggal ditunggu follow-up alias tindak lanjut penyelesaian atau setidaknya mitigasi bencana bagi kota Samarinda ini.

Senin, 20 April 2009

Foto samarinda banjir 01


Jl Antasari, dekat simpan S Salman. Banjir, rawan macet.

Sabtu, 11 April 2009

Indonesia Negara Paling xxx se-Asia

Kamis, 09 April 2009 | 14:35 WIB

TEMPO Interaktif, Singapura: Indonesia disebut sebagai negara dengan perekonomian paling korup di Asia. Indikasi tersebut berasal dari survei yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi Risiko Politik dan Ekonomi (PERC) yang dilansir oleh agen berita Perancis AFP, kemarin. Dari skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah indikasi bebas korupsi, Indonesia mendapatkan skor 8,32.
...
...
Skor antara 4 dan 7 diindikasikan sebagai negara dengan tingkat korupsi menengah, Negara-negara itu adalah Malaysia (6,7), Taiwan (6,47), China (6,16), Makau (5,84), Korea Selatan (4,64) dan Jepang (3,99). Singapura menjadi negara paling tidak korup dengan skor 1,07.


/*
Klo mau selamat di dalam "sistem", ya harus mau ikut "sistem". KLASIK
Artikel ini diambil dari tempointeraktif, untuk membaca selengkapnya silahkan lihat di sini.
*/


Kamis, 09 April 2009

Mempelajari tegangan breakover SCR dengan LTSPICE

Dari gambar karakteristik berikut sebenarnya sudah bisa dilihat gambaran umum kondisi breakover dari SCR.

[Credit update:Ini adalah gambar kurva karakteristik elektrik dari SCR yang saya ambil dari dokumen yang dikeluarkan oleh Teccor (sekarang Littelfuse) pada 2002.]



Untuk lebih mempermudah proses mempelajari karakteristik SCR dan cara penggunaannya dalam sistem maka kali ini saya mempergunakan SCR S6010R dari Teccor/Littelfuse. Prinsip ini berlaku pula untuk SCR jenis lain dan dari produsen yang lain.
Sangat beruntung bahwa untuk mencoba kondisi breakover dari SCR kita tidak harus mencobanya pada komponen sesungguhnya, cukup menggunakan simulator LTSPICE.



Kalau diperhatikan percobaan ini hampir sama dengan yang dilakukan untuk melihat Vthreshold dioda [silahkan melihat tulisan sebelumnya].

Tegangan sumber di-step dari -900VDC sampai 900VDC. Hasilnya sebagai berikut:



Kalau diperhatikan hasil simulasi di gambar ini serupa dengan karakteristik statik dari thyristor. Untuk lebih jelasnya, gambar hasil simulasi LTSPICE akan saya bagi menjadi tiga bagian (dan di-zoom) : yaitu A, B, dan C.

Zoom A:



Pada zoom untuk daerah A, yaitu pada reverse current, bisa dilihat reverse characteristic. Nilai tegangan breakover-nya sekitar -600 V sesuai dengan datasheet. Arus yang besar pada simulasi berada pada avalanche breakdown region.

Zoom B:




Pada zoom untuk daerah B, yaitu pada forward voltage. Perlu diperhatikan bahwa arus pada R2 terjadi akibat tegangan paksa dari sumber yang terus dinaikkan hingga 900 VDC.

Zoom C:



Zoom untuk daerah C. Yang perlu diperhatikan bahwa menurut datasheet sesungguhnya nilai IT(AV), MAX adalah 6.4 A.

Tulisan terkait:
[1] Simulasi Vth dioda dengan LTSPICE
[2] Ringkasan parameter SCR S6010R
[3] Memahami SCR holding current


S6010R Teccor / Littelfuse SCR (thyristor)

Di daerah sekitar tempat tinggal saya yang paling gampang ditemui salah satunya adalah BT151 keluaran Philips. Beberapa peralatan yang sempat saya "bongkar" juga menggunakan komponen yang sama. Sayangnya di simulator (EDA) LTSPICE yang saya pergunakan saya belum menemukan model SPICE untuk BT151. Dicoba model dari simulator lain, tidak cocok.

Solusi sementaranya adalah dengan menggunakan model yang relatif kompatibel.

Dari "Thyristor Product Catalog"
Littelfuse, Inc.( www.littelfuse.com )
Product cross referecnce guide, Teccor device, status: suggested replacement untuk
NXP/Philips BT151-500R.

SCR : S6010R

Case TO-220 Non-isolated (KAG, kiri-ke-kanan, pandangan depan).

IT(RMS), MAX         : 10 A
IT(AV), MAX           : 6.4 A
VDRM & VRRM, min : 600 Volts
IGT                       : 1 mAmps (min); 10 mAmps (max)
IDRM & IRRM          : 0.01 mAmps
VTM                      : 1.6 Volts
VGT                      : 1.5 Volts
IH                         : 30 mAmps




Setelah pesta usai

Tiada pesta yang tidak berakhir. Begitulah tertulis di buku-buku.
Pesta demokrasi PARPOL di Indonesia pun akan segera berakhir. Pemilu 2009 akan segera memasuki tahap penghitungan suara wakil rakyat di parlemen. Kemudian akan memasukki babak acara baru, memilih RI1 dan RI2.

Bagi kelompok masyarakat yang umumnya sangat gemar dengan berbagai bentuk seremoni, maka gebyar seremoni PEMILU tentu sangat menerik perhatian. Sibuk, ramai, heboh. Kemudian setelah itu, apa yang didapatkan ? Apa yang perlahan berubah, apa yang cepat berubah , apa yang drastis berubah ? Apa cuma berakhir sebagai janji, janji, dan lagi-lagi jani ?

Tidakkah kita harusnya sudah mulai belajar sebagai bangsa bahwa kita sepanjang perjalanan zaman yang tercatat telah banyak menghabiskan energi yang berharga hanya untuk seremoni ? Seremoni lagi, upacara lagi ... lagi ... lagi ... lagi.

Dari PEMILU ke PEMILU, harusnya sangat jelas kemajuan kita sebagai bangsa layaknya negara-negara asia lainnya. Ada arah yang jelas, kerja yang sistematis, dan cara berfikir yang dilatih untuk sehat, sesehat-sehatnnya.

Kapan kita, sebagai bangsa, akan sadar sudah sangat bosan dengan berbagai seremoni yang hanya berakhir sebagai seremoni...sekedar perlambang. Kapan kita akan berfikir berpusat pada esensi. Pada hasil yang sudah mulai bisa dirasakan rakyat kebanyakan.

Kita perlu proses yang menghasilkan, yang punya tujuan pencapaian yang jelas, yang bisa ditelusuri rekam jejaknya. Ini isinya ... kalengnya sudah bisa dibuang !!!




Menunggu Jaunty Ubuntu GNU/Linux


Memahami holding pada SCR dengan sederhana

Di sebuah buku tentang elektrikal, saya membaca penulisnya mengulang-ulang tentang betapa pentingnya memahami dan mengingat hal-hal dasar. "The basics is the most important," begitu tulisnya.

Berdasarkan pengalaman sejauh ini, beberapa mahasiswa ada yang tidak nyaman untuk menterjemahkan sendiri dan langsung cara operasi SCR dari gambar kurva karakteristik yang dikeluarkan produsennya. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan simulasi rangkaian elektronika pada LTSPICE. Rangakaian yang dipergunakan haruslah sederhana, minimalist.




Ini adalah gambar kurva karakteristik elektrik dari SCR yang saya ambil dari dokumen yang dikeluarkan oleh Teccor (sekarang Littelfuse) pada 2002.


Gampang dilihat sebenarnya bahwa nilai ambang untuk penahanan (holding) di bawah nilai untuk penguncian (latching) untuk SCR.  Sekali SCR sudah dalam keadaan terkunci (latched) maka tidak lagi diperlukan sinyal pada gate untuk mempertahankan keadaan terkunci tersebut. Syaratnya adalah arus Anoda ke Katoda (principal current) tidak lebih kecil nilainya dari ambang terendah arus holding .

Dari gambar di bawah jelas terlihat bahwa arus pada R2 (principal current) nilainya tetap, walaupun gate diberi sinyal on-off.



kata-kata: simulasi rangkaian elektronik, simulasi scr, penyulutan scr, scr holding


Selasa, 07 April 2009

Murah tapi tidak murahan

Ah tiba-tiba inrush, ada ide untuk tulisan.

Dulu umum dikatakan, "ada harga ada rupa." Artinya klo mau beli barang yang bagus kualitasnya maka harga (dalam bentuk uang) yang harus dibayar pengguna pasti mahal, lebih atau bahkan jauh lebih mahal daripada yang lebih jelek mutunya.

Belakangan hal itu tidak selalu benar, setidaknya tidak secara langsung. Ambil contoh, yang sekarang menjadi, klasik ; GNU/Linux. Berapa harga lisensi yang wajib kita bayar untuk instalasi Ubuntu Linux ? Apakah Ubuntu Linux itu jelek atau bahkan murahan ? Ada juga OS lain semacam OpenBSD dan FreeBSD, apakah keduanya juga murahan karena tidak "semahal" biaya lisensi Microsoft Windows ?

Ups, mari mengikuti saran para pakar untuk setidaknya melihat
"Most Reliable Hosting Company Sites in March 2009" [lihat] bukankah jelas di sana data yang tersaji.

Atau, apakah karena Apache tidak "semahal" Microsoft-IIS maka Apache web server itu kualitasnya murahan ? Mari melihat "March 2009 Web Server Survey" [lihat].

Memang biaya pembuatan perangkat lunak tidaklah murah. Ada baiaya pemakaian listrik, biaya pembelian dan perawatan peralatan , dan biaya hidup para programmer.

Sebagaimana pengamatan Eric S. Raymond dalam The Cathedral and the Bazaar, dunia selalui berubah. Ada model pengembangan perangkat lunak yang membuat masalah biaya secara tidak langsung teratasi. Open Source, begitu istilah kerennya. Nah jadi untuk urusan software (terutama yang FLOSS), murah bukan berarti murahan.

Itu soal perangkat lunak, bagaimana tentang layanan perusahaan lainnya ? Mungkin "orang" ekonomi yang lebih punya pemahaman yang lebih tepat menjelaskannya. Singkat yang saya pelajari dari mereka, bahwa perusahaan selalu berlomba-lomba meningkatkan layanan kepada pelanggan seraya berusaha menurunkan biaya yang harus dibayar pelanggan.

Efisiensi, QC , etc. Kaizen, BSC, Six Sigma, SPC...dan macam-macam mantra lainnya bertujuan untuk memperbaiki dan menjaga prosedur produksi barang dan jasa. Profit bisa didapat dari situ, bukan dengan mencekik pelanggan.

Jangan bangga dengan layanan mahal yang kita bayar, belum tentu senilai yang kita bisa dapatkan sebenarnya. Semua ada biayanya, tapi mahal belum tentu berkualitas. Apalagi yang nyatanya berkemampuan memonopoli.

Selalu mencari yang murah tapi tidak murahan, ...
worth every penny


Jumat, 03 April 2009

Seberapa panas notebook anda?

Sudah banyak yang tau bahwa notebook / laptop Axioo NS718 menghasilkan panas yang cukup terasa. Seberapa panas sebenarnya ? Iseng-iseng mencoba mengukur, ini hasilnya:



Di samping kanan (lubang exhaust fan) panasnya sekitar 62 derajat celcius



Tepat di tengah touchpad suhunya sekitar 52 derajat celcius.

Biasanya saya melelehkan balsem di samping notebook :)


Engineer's Dream, just click it !

Film lama , sekedar untuk lucu-lucuan tetapi tetap menarik. Engineering kan pada dasarnya ingin membuat sesuatu menjadi lebih mudah, lebih aman, lebih cepat dan (beberapa) lebih murah. Sebagian engineer mendorong karyanya jauh diluar pikiran orang kebanyakan, nyeleneh.



CLICK.
2006. Sony Pictures.
Adam Sandler , Kate Beckinsale.


Kamis, 02 April 2009

Solusi tepat dan murah LTSPICE

Bukan promosi, sudah sejak lama banyak orang yang menggunakan LTSPICE untuk melakukan simulasi rangkaian dan sistem elektronik. LTSPICE terkenal pula memiliki kemampuan simulasi stepping yang bagus untuk sistem chopper.

Semenjak hampir total pindah ke OS GNU/Linux Ubuntu saya mulai lebih banyak menggunakan LTSPICE daripada CircuitMaker, ORCAD atau Multisim. Pendekatan LTSPICE memang purist, sehingga tidak senyaman menggunakan National Instrument Multisim.Beberapa model SPICE pun harus ditambahkan sendiri karena bukan merupakan komponen buatan Linear.

Tapi itulah, LTSPICE secara teknis dilaporkan excellent, gratis dn legal.

Untuk menjelaskan karakteristik dioda silikon di mata kuliah Elektronika Daya, berikut capture-nya:




Kuliah dibantu VNC

Untuk kuliah teori komutasi saya berfikir bahwa mahasiswa akan lebih terbantu jika dapat melihat respon rangkaian real terhadap pensaklaran SCR. Tantangannya adalah karena letak stand modul peralatan untuk demo agak jauh dari proyektor maka perlu koneksi wireless agar tidak semerawut dengan kabel. Lagi pula sudah gak zamannya lagi USB wless cuma buat aircrak :))

Jadilah kuliah pada Senin, minggu yang lalu akhirnya saya "terpaksa" menggunakan fasilitas remote desktop untuk mengajar. Bedanya kalau biasanya GNU/Linux Ubuntu yang jadi client maka kali ini malah jadi server.

Urut-urutan koneksi:

Projector ---cable---> Windows Box ----wireless---> Ubuntu di Axioo ---usb---> webcam

Di PC dengan OS alternatif (maksudnya Microsoft Windows) saya bisa menjalankan CAD/EDA/CAE "komersial yang biasa". Sedangkan di notebook Axioo saya gunakan untuk menjalankan LTSPICE dan camorama. Awalnya saya biasa menggunakan XawTV di Ubuntu, tapi dengan remote desktop tampilannya tidak bisa keluar di layar. Saya belum bisa mengatur agar XawTV beroperasi dengan baik.

Koneksi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Di GNU/Linux Ubuntu saya menjalankan Vino sebagai server untuk remote desktop. Caranya pilih System > Preferences > Remote Desktop. Di dalam box "Remote Desktop Preferences" saya pilih tab General, lalu di bagian Sharing saya "contreng" Allow other users to view your desktop. Di box itu juga ada keterangan saya bisa mengakses desktop Ubuntu ini dengan aplikasi Vinagre. Tetapi saya memilih untuk menggunakan TightVNC versi Windows.

Setelah selesai mendownload dan menginstall TightVNC di PC berWindows, saya lalu memilih menjalankan TightVNC viewer dalam listen mode. Agar bisa terhubung dengan notebook berUbuntu saya memasukkan IP dari notebook, misalnya 192.168.9.22. Setelah muncul connection established, saya tunggu beberapa saat, lalu di Ubuntu ada notifikasi ada permintaan hubungan.

Demikianlah, saya bisa memberikan kuliah hari itu dengan bantuan tiga aplikasi EDA sekaligus (dua di Ubuntu dengan Wine) dan satu native di M$W. Saya juga bisa menampilkan modul dan display dari dua multimeter sekaligus dengan webcam melalui camorama.

Ref:
[1] http://www.tightvnc.com/
[2] http://www.howtoforge.com/
[3] How do you run Vino ?






Tanpa Solusi

Pertama2 kita memiliki opini, tak berdaya untuk melaksanakan perbaikan, tanpa solusi ...
Lalu kita berkumpul, bergerombol, masih tanpa solusi ...
Akhirnya kita pun bernegara, hampir tanpa budaya mencari solusi ...

Bukankah sejarah telah mencatat kita telah terbiasa menindas para pemberi solusi ?
Bukankah Galileo tidak mati sebagai pencopet ?
Bukankah Inu Kencana dan Khairiansyah Salman cukup mengingatkan kita pada sesuatu ?

Yang kita syukuri akhirnya bukanlah akal dan hati yang masih Tuhan izinkan untuk berfungsi. Yang dapat kita gunakan sebaik-baiknya sebagai tanda syukur.
Yang kita syukuri akhirnya hanyalah tarikan nafas sebagai tanda masih hidup.

Lalu Tuhan membiarkan alam untuk merespon input dari manusia sesuai dengan program yang telah ditetapkannya, jauh masa sebelumnya.
Program yang sesungguhnya telah Tuhan izinkan kita, manusia, untuk mengetahui sebagian kecil algoritmanya, jauh masa sebelumnya.
Lalu kita menyalahkan takdir Tuhan untuk sesuatu yang telah Tuhan izinkan kita, manusia, mengetahui ilmunya.

Tidakkah para atheis itu lebih terbukti bersyukur dengan kemampuan yang dimilikinya, daripada orang-orang yang mengaku-aku beriman ?

Tidakkah dialectician lebih beriman, dengan memperhatikan tanda-tanda alam milik Tuhan ?