Rabu, 27 Oktober 2010 | 13:49 WIB
Amplify’d from travel.kompas.com
Erupsi Merapi di kediaman Mbah Maridjan (72) di Dusun Kinahrejo, Desa Pelemsari, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, datang di tengah kemuraman senja, Selasa (26/10). Mendung dan kabut tebal bergelayut membuat Merapi tak terlihat. Hanya suara gemuruh panjang dan aroma menyengat menjadi tanda aktivitas Merapi mencapai puncaknya.
Ia mengaku tidak ingin terkenal. Ia juga tidak ingin menjadi sensasi. Baginya, erupsi Merapi merupakan hal yang sewajarnya terjadi dan harus diterima apa adanya. Tidak untuk dilebih-lebihkan atau bahkan dimanfaatkan. Meskipun tak mau mengungsi, ia tak berharap warga mengekorinya.
Baginya, setiap orang harus bertanggung jawab terhadap keselamatannya sendiri dan tidak hanya mengikuti orang lain. "Kalau memang mereka merasa sudah waktunya mengungsi, mereka harus mengungsi. Jangan hanya manut orang bodoh yang tidak sekolah seperti saya," tuturnya.
Namun, sejumlah warga Kinahrejo percaya penuh pada sosok yang dituakan itu. Pon, misalnya, akan bertahan selama Mbah Maridjan bertahan. Hingga pukul 20.00, Mbah Maridjan masih bertahan di rumahnya. Diduga belasan warga Kinahrejo turut bertahan di rumah masing-masing mengikuti Mbah Maridjan. (IRENE SARWINDANINGRUM)Read more at travel.kompas.com
See this Amp at http://amplify.com/u/e1xc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar