Beberapa waktu yang lalu ada tayangan tentang alligator di tv yaitu di tvone klo gak salah (pujian untuk tvone). Ceritanya tentang adanya serangan mematikan terhadap tiga orang dalam waktu seminggu. Pertanyaan yang wajar timbul adalah mengapa ? Masyarakat yang terdidik kemudian mempertanyakan lebih jauh, apa yang memicu serangan tersebut ?
Salah satu penjelasan yang diberikan adalah karena pengaruh suhu air. Untuk membuktikannya dilakukan percobaan dengan menempatkan dua alligator ke dalam dua bak berbeda. Air di dua bak tersebut berbeda suhunya sekitar sepuluh derajat Fahrenheit. Alligator yang ditempatkan di suhu yang lebih tinggi berperilaku aktif, bahkan pada saat di angkat dari air, binatang tersebut berusaha melawan. Sebaliknya alligator yang ditempatkan di bak air yang lebih dingin akan berperilaku pasif. Bahkan alligator tersebut tetap diam, tidak bergerak pada saat diangkat dari air. Persis seperti binatang yang sudah mati.
Pada suhu sekitar yang dingin alligator akan mengurangi aktifitasnya, terutama aktifitas makan. Baik karena alligator hanya membutuhkan sedikit energi untuk mempertahankan suhu tubuh [1], maupun mungkin karena enzim pencernaannya juga bergantung pada panas dari matahari [1].
Nah beberapa hari ini saya kesulitan untuk mengikuti jadwal bangun tidur rutin saya, padahal waktu alarm tetap. Awalnya saya menduga ini karena waktu tidur yang kurang. Namun setelah jam tidur ditambah drastis tetap saja kesulitannya tidak hilang. Mendadak saya teringat tayangan di tvone tentang aligator itu. Wah saya ada persamaan dengan alligator, tidak berkutik pada suhu dingin. Padahal secara klasik saya tergolong makhluk berdarah panas ( mungkin lebih tepat sebagai homeostasis [4] ), sedangkan alligator adalah hewan berdarah dingin (mungkin tepatnya poikilotherms [5]). Kemungkingn solusi yang saya coba adalah dengan memaksakan menggunakan selimut pada saat mulai tidur, walaupun terasa masih panas pada saat itu. Sampai hari ini penggunaan selimut sejak dari awal tidur masih jadi solusi jitu untuk mengatasi suhu dingin pagi hari di Samarinda. :)
Oh ya, gara-gara saya menulis tentang alligator ini saya jadi membaca beberapa bahan tambahan (tulisan) tentang alligator dan tentang pengaturan suhu tubuh. Bahwa ada kemungkinan suhu tubuh hewan dan manusia tidak lagi hanya dibagi menjadi golongan berdarah dingin dan golongan berdarah panas. Hmmm...berkali-kali terbukti bahwa yang kita sebut sebagai dunia ternyata hanya sebatas dunia yang telah kita ketahui.
Referensi & bacaan lanjut:
[1] http://www.corkscrew.audubon.org
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Alligator
[3] http://coolcosmos.ipac.caltech.edu
[4] Warm-blooded
[5] Cold-blooded
Salah satu penjelasan yang diberikan adalah karena pengaruh suhu air. Untuk membuktikannya dilakukan percobaan dengan menempatkan dua alligator ke dalam dua bak berbeda. Air di dua bak tersebut berbeda suhunya sekitar sepuluh derajat Fahrenheit. Alligator yang ditempatkan di suhu yang lebih tinggi berperilaku aktif, bahkan pada saat di angkat dari air, binatang tersebut berusaha melawan. Sebaliknya alligator yang ditempatkan di bak air yang lebih dingin akan berperilaku pasif. Bahkan alligator tersebut tetap diam, tidak bergerak pada saat diangkat dari air. Persis seperti binatang yang sudah mati.
Pada suhu sekitar yang dingin alligator akan mengurangi aktifitasnya, terutama aktifitas makan. Baik karena alligator hanya membutuhkan sedikit energi untuk mempertahankan suhu tubuh [1], maupun mungkin karena enzim pencernaannya juga bergantung pada panas dari matahari [1].
Nah beberapa hari ini saya kesulitan untuk mengikuti jadwal bangun tidur rutin saya, padahal waktu alarm tetap. Awalnya saya menduga ini karena waktu tidur yang kurang. Namun setelah jam tidur ditambah drastis tetap saja kesulitannya tidak hilang. Mendadak saya teringat tayangan di tvone tentang aligator itu. Wah saya ada persamaan dengan alligator, tidak berkutik pada suhu dingin. Padahal secara klasik saya tergolong makhluk berdarah panas ( mungkin lebih tepat sebagai homeostasis [4] ), sedangkan alligator adalah hewan berdarah dingin (mungkin tepatnya poikilotherms [5]). Kemungkingn solusi yang saya coba adalah dengan memaksakan menggunakan selimut pada saat mulai tidur, walaupun terasa masih panas pada saat itu. Sampai hari ini penggunaan selimut sejak dari awal tidur masih jadi solusi jitu untuk mengatasi suhu dingin pagi hari di Samarinda. :)
Oh ya, gara-gara saya menulis tentang alligator ini saya jadi membaca beberapa bahan tambahan (tulisan) tentang alligator dan tentang pengaturan suhu tubuh. Bahwa ada kemungkinan suhu tubuh hewan dan manusia tidak lagi hanya dibagi menjadi golongan berdarah dingin dan golongan berdarah panas. Hmmm...berkali-kali terbukti bahwa yang kita sebut sebagai dunia ternyata hanya sebatas dunia yang telah kita ketahui.
Referensi & bacaan lanjut:
[1] http://www.corkscrew.audubon.org
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Alligator
[3] http://coolcosmos.ipac.caltech.edu
[4] Warm-blooded
[5] Cold-blooded
Tidak ada komentar:
Posting Komentar