Selasa, 31 Mei 2011
Watch "Gelar Pendidikan Bukan Jaminan untuk Dapat Pekerjaan - VOA untuk Diplomatic Affairs 30 Mei 2011"
Senin, 30 Mei 2011
Watch "Germany pledges nuclear shutdown by 2022" on YouTube
Watch "TEDxBrainport - Erik Matser -- Master Brains" on YouTube
Sabtu, 28 Mei 2011
Watch "Who Really Needs College?" on YouTube
Watch "Is a College Diploma Worth the Soaring Student Debt?"
Kamis, 26 Mei 2011
Watch "refresh kalkulus diferensial" on YouTube
Selasa, 24 Mei 2011
Watch "Richard Voyles -- Can liquids think?"
What's holding back solar power? (CNN Video)
Senin, 23 Mei 2011
Watch "TEDxYouth@Taipei - Peter Han - Innovation"
Watch "The Future of Robotics and Artificial Intelligence"
Tentang perubahan (quotes)
FB note
by Sunu Pradana on Tuesday, September 29, 2009 at 1:16pm
"If you do what you've always done,
you'll get what you've always gotten."
-- Anthony Robbins
"Jika anda selalu melakukan seperti apa yang telah anda lakukan sebelumnya,
maka anda akan mendapatkan apa yang telah / selalu anda dapatkan."
-- Anthony Robbins
"Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different results."
-- Albert Einstein, (attributed) US (German-born) physicist (1879 - 1955)
"Kegilaan adalah melakukan sesuatu yang persis sama berulang kali dan mengharapkan akan mendapatkan hasil yang berbeda."
-- Albert Einstein, (attributed) US (German-born) physicist (1879 - 1955)
“Those things that hurt, instruct.”
-- Benjamin Franklin
"Hal-hal yang melukai, mengajar"
-- Benjamin Franklin
People change when they...
...Hurt enough that they have to;
...Learn enough that they want to:
...Receive enough that they are able to.
-- John C Maxwell
Orang berubah ketika mereka...
Cukup terluka sehingga harus berubah,
Cukup belajar hingga ingin berubah, dan
Cukup mendapatkan hingga dapat berubah
-- John C Maxwell
Credits:
http://hoopthoughts.blogspot.com/2009/09/tremendously-amazing-formula-from-john.html
http://www.quotesdaddy.com/quote/1202697/benjamin-franklin/those-things-that-hurt-instruct
http://www.completemartialarts.com/quotes.htm
You will never know
FB note by Sunu Pradana on Tuesday, September 15, 2009 at 5:02pm
There once was a small village where a young child was bought a horse for his 9th birthday.. the villagers heard about this, and said that this was fantastic news… but when the Zen Master heard about this he simply said “we shall see”…
Three years later the boy fell of his horse and broke his legs, the villagers were distrought, “what terrible news” they said.. but the Zen Master simply said “we shall see”.
One year later the country went to war, and due to his injury the boy was able to stay at home instead of fighting, “what great news” said the villagers, and once again, the Zen Master simply said:
“we shall see”.
The purpose of me sharing this tale with you is to reinforce the fact that life is a series of ups and downs, and if you are at a low point right now, it may be for a reason, and if you are on a high, don’t take it for granted, don’t get too comfortable or lethargic, keep on working, and keep on having fun.
Remember, Life is just a series of peaks and troughs. And you don’t know whether you’re in a trough until you’re climbing out, or on a peak until you’re coming down. And that’s it you know, you never know what’s round the corner.
Dikutip sepenuhnya dari http://deanhunt.com/the-zen-master-and-the-villagers/
Akademisi dan tukang catut, menurut Tan Malaka
Thesis (10 Juni 1946)KATA PENGANTAR
...Kita membenarkan sama sekali keperluan latihan akademi dalam ilmu seperti kimia, listrik, dan tehnik. Tetapi inipun tidak berarti bahwa yang ulung dan berhak bersuara dalam ilmu semacam itu mestinya hanya keluaran akademi saja. Cukuplah disini disebutkan bahwa pembikin beberapa teori yang amat berharga dalam hal listrik di jaman listrik ini seperti Michael Faraday Cuma keluaran sekolah sebenggol (rendah) saja. Thomas Edison, penemu (inventor) listrik diusir oleh gurunya dari kelas satu atau dua di sekolah rendah tadi pula karena…..bodoh.
Penuh contoh lain-lain dalam ilmu seperti tersebut diatas: tehnik, kimia, matematika ataupun BIOLOGY. Banyak ilmu yang dijalani dan teori penting yang dibentuk oleh hokum akademicia. Sebaliknya banyak pula contoh yang membuktikan bahwa akademici itu Cuma tukang hafal saja, tukang "catut" ilmu orang lain saja. Semuanya membuktikan bahwa "title" itu Cuma satu surat "pas" saja dalam dunia kecerdasan, bukanlah kecerdasan sendiri!...
Ilmu, Guru dan Murid
by Sunu Pradana on Thursday, August 26, 2010 at 1:06am
"...
Belajarlah ilmu yang membuatmu merasa damai dan bijaksana.
Rendah hatilah terhadap murid-muridmu dan rendah hatilah terhadap guru-gurumu.
Janganlah menjadi ulama yang terlalu keras sehingga kebodohan kalian akan mengalahkan ilmu yang kalian miliki...."
--Umar bin Al Khathab
quid pro quo:
Dari buku yang bagus disusun oleh Abdurrahman Asy Syarqawi: "Umar bin Al Khathab The Conqueror"
terbitan Sygma Publishing (halaman 425).
Prison Break, versi Albert Einstein :-)
--Albert Einstein (1879-1955)
Trial by fire
"Looking back at the six or seven power conversion companies I have worked in so far, I think it is somewhat intriguing to realize that professionals often learn (and contribute) the most in smaller companies.Just a plain coincidence that these companies are also often the ones engineers are least likely to ever want to admit having worked for, many years later!Call it a 'trial by fire' or 'hardening by heat treatment.' "
NEGERI PARA BEDEBAH
PUISI NEGERI PARA BEDEBAH
karya: Adhie M Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor
menjatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli di negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan !
courtesy: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/puisi-negeri-para-bedebah.htm
Mengapa belajar Matematika itu terkadang sulit
FB note, by Sunu Pradana on Thursday, May 6, 2010 at 6:15pm
Most of us took mathematics courses from mathematicians—Bad Idea!
Mathematicians see mathematics as an area of study in its own right.
The rest of us use mathematics as a precise language for expressing relationships among quantities in the real world, and as a tool for deriving quantitative conclusions from these relationships. For that purpose, mathematics courses, as they are taught today, are seldom helpful and are often downright destructive.
As a student, I promised myself that if I ever became a teacher, I would never put a student through that kind of teaching. I have spent my life trying to find direct and transparent ways of seeing reality and trying to express these insights quantitatively, and I have never knowingly broken my promise.
With rare exceptions, the mathematics that I have found most useful was learned in science and engineering classes, on my own, ...
Foreword 2010 by Carver A. Mead
Dari buku: Street-Fighting Mathematics oleh Sanjoy Mahajan
Dimulai dari yang kecil, kisah Ibnu Musayyab.
"Ibnu Musayyab akhirnya ditolak menjadi perawi (penyampai) hadis Nabi Muhammad Saw. Walau sudah 'berkampanye' secara meyakinkan tentang hadis Nabi yang ia ceritakan, namun tak urung membuatnya 'lolos' jadi perawi hadis. Usut punya usut ternyata alasan 'gugurnya' Ibnu Musayyab karena ada yang menolak.
Orang tersebut menyaksikan dia pernah berbohong. Orang bertanya, kapan, siapa dan dalam hal apa ia berbohong? Yang memberi kesaksian menjawab, suatu ketika saya melihat Ibnu Mushayyab menggenggam pasir sambil bilang kuuur…kuur. Tak pelak ayam-ayamnya berlarian mendekat, mengira akan diberi makanan. Ternyata Ibnu Mushayyab hanya mengecoh ayam-ayam itu dengan pasir, kemudian menangkapnya. Ibnu Mushayyab membohongi ayam-ayamnya.
Karena itu, kata orang itu, Ibnu Mushayyab tidak bisa diterima sebagai perawi hadis. Ia pernah berbohong. Hadis yang disampaikannya, bisa jadi juga bohong."
Niceness is inherent to being a good scientist
I’m at a conference and I have noticed something that I have seen before: the top scientists are surprisingly nice. Now I wasn’t quite completely sure if this was true but at least some of my friends thought the same thing. Here’s is what happened. I’m at a conference that is a bit outside of my normal field, so I do not know most people but I certainly saw a lot of famous names of people who have published major papers in the field. I would muster my courage and just walk up to these famous people and say something pleasant to break the ice. Their reply typically is very courteous and you can see their eyes flitter to your conference badge immediately followed by a question like “where is Strathclyde?” Typically, you end up talking very pleasantly about science. In different situations I have found that top scientist tend to reply to your emails quickly, are happy to send you reprints (quickly), are happy to tell you about what they are doing.There are multiple conclusions you could draw. Perhaps nice people become top scientists. Or perhaps scientists, once they reach the top, become nice. Or perhaps in order to become a top scientist, one has to display a certain degree of niceness. My feeling is that a good scientist has to network, get to know a lot of people and be known by a lot of people, in order to flourish. It is very easy to make jokes about world-shy nerdy scientists locked up in some basement lab but in reality scientist have to be very sociable and amicable. Thus, despite the fact that scientists have to be rude, they also have to be nice.
Iqra, bacalah ... yang pertama yang paling terabaikan
Moshe Dayan, the Commander-in-Chief of the Israeli Army who planned and executed 'The Sinai Campaign of 1956', tells it all in his biography by Shabtai Teveth, about his masterplan. On page 267 Dayan discloses a map of the planned Israeli advances, and was so tickled by his achievement, that he boasts that if it became necessary to have another go at the Arabs, he would point by point repeat the manoeuvres. And true to his promise he cut the Egyptian Army to shreds in 1967 - textbook style.Dayan knew too well that no Arab would ever read his biography or any other book about the Jews by the Jews, to learn what their Semitic cousins were planning for them. MUSLIMS WILL NOT LEARN: In the very first word of the Quranic Revelation, God Almighty commanded the Prophet ( Peace be upon him) and through him commanded his followers 'Read!' To which the Muslim world in practice says 'We will not read!'Will we ever benefit from the open secrets revealed by the Jews in their own literature? It does not look as if we are ready to learn.What is the reason that we are discomfitured by the Jews time after time ?The answer is simply superior planning and weaponry. In short, technology! 'And technology is not a closed shop...' I told the Jewish boys and girls at the Rondebosch meeting, after the 'Six Day War' in 1967.Seven years later Martin Zucker reporting from Tel Aviv repeated my words almost word for word:THE AVERAGE ARAB SOLDIER, ACCORDING TO THE ISRAELIS, CONTINUES TO BE AN INDIVIDUAL COMING FROM A PEASANT BACKGROUND WITH ABOUT SIX YEARS OF SCHOOLING ... THE AVERAGE ISRAELI SOLDIER-CONSCRIPT, IN COMPARISON, HAS EIGHT TO 12 YEARS OF SCHOOLING, PART OF IT TECHNICAL.............THE ISRAELIS RATE THEIR ENEMIES (the Arabs) AS BETTER PHYSICAL SPECIMENS THAN THEMSELVES.'The Daily News' May 29, 1974.
Terlena kenyamanan bulu kelinci (Dunia Sophie)
FB note
by Sunu Pradana on Wednesday, December 29, 2010 at 9:09am
...
"Menurutmu, mengapa Thomas dan Ibunya bereaksi dengan cara begitu berbeda ?
Semua ada hubungannya dengan kebiasaan. Ibu sudah tahu bahwa orang tidak dapat terbang. Thomas belum. Dia belum yakin apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan di dunia ini.
...
Sedihnya, bukan hanya kekuatan gaya berat sajalah yang terbiasa kita rasakan ketika kita tumbuh. Dunia itu sendiri dengan serta-merta menjadi suatu kebiasaan. Tampaknya seakan-akan dalam proses pertumbuhan kita kehilangan kemampuan bertanya-tanya tentang dunia. Dan dengan berlaku demikian, kita kehilangan sesuatu yang sangat penting--sesuatu yang oleh para filosof diusahakan untuk dipulihkan. Sebab di suatu tempat dalam diri kita sendiri, ada sesuatu yang mengatakan kepada kita bahwa kehidupan merupakan suatu misteri yang sangat besar. Inilah sesuatu yang pernah kita alami, jauh sebelum kita belajar untuk memikirkan pemikiran itu.
...
Karena berbagai alasan, kebanyakan orang begitu disibukkan oleh permasalahan sehari-hari sehingga keheranan mereka terhadap dunia tersuruk ke belakang. Mereka merayap jauh ke dalam bulu-bulu kelinci, meringkuk dengan nyaman, dan tinggal di sana sepanjang hidup mereka.
Bagi anak-anak, dunia dan segala sesuatu di dalamnya itu baru, sesuatu yang membangkitkan keheranan mereka. Tidak demikian halnya bagi orang-orang dewasa. Kebanyakan orang dewasa menerima dunia sebagai sesuatu yang sudah selayaknya demikian.
Di sinilah tepatnya para filosof itu menjadi tokoh istimewa. Seorang filosof tidak pernah terbiasa dengan dunia. Baginya, dunia selalu tampak sedikit tidak masuk akal--membingungkan, bahkan penuh teka-teki. Para filosof dan anak-anak kecil karenanya sama-sama memiliki indra yang penting. Kamu boleh mengatakan bahwa sepanjang hidupnya seorang filosof selalu menjadi seorang anak-anak yang peka"
-- Dari buku novel "Dunia Sophie" halaman 49 ~ 50.
FAIR USE:
Kutipan di atas diambil dari novel yang sangat bagus karya Jostein Gaarder berjudul "Dunia Sophie". Diterbitkan oleh Mizan, gold edition cetakan ke dua 785 hal (minus index). Sekalipun sebuah novel, buku ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa FIB. Salah satu yang kebetulan saya tahu adalah untuk kuliah Dasar-Dasar Filsafat di UI .
Keutamaan novel filsafat ini adalah bahwa pengantar ilmu filsafat disajikan dengan cara yang ringan. Tokoh utamanya adalah Sophie, seorang anak putri 14 tahun, yang dituntun untuk belajar filsafat secara mudah dengan berbagai hal dalam kehidupannya sehari-hari. Jostein Gaarder adalah seorang penulis pandai, karena menurut Albert Einstein diperlukan seorang pandai untuk bergelut dengan kerumitan lalu menyajikannya dengan cara yang mudah bagi orang lain.
Direkomendasikan :-)
Antara sains dan ego, antara kesediaan untuk belajar dan pengacuhan
"It is not the nature of things for any one man to make a sudden, violent discovery; science goes step by step and every man depends on the work of his predecessors.When you hear of a sudden unexpected discovery - a bolt from the blue - you can always be sure that it has grown up by the influence of one man or another, and it is the mutual influence which makes the enormous possibility of scientific advance.Scientists are not dependent on the ideas of a single man, but on the combined wisdom of thousands of men, all thinking of the same problem and each doing his little bit to add to the great structure of knowledge which is gradually being erected. "
Glory & Doom, Achilles
If you stay in Larissa, you will find peace. You will find a wonderful woman, and you will have sons and daughters, who will have children. And they'll all love you and remember your name. But when your children are dead, and their children after them, your name will be lost.If you go to Troy, glory will be yours. They will write stories about your victories for thousands of years and the world will honor your name. But if you go to Troy, you will never come back, for your glory walks hand-in-hand with your doom. And I shall never see you again.
Hasil baik dari kemalasan dan ketidakpuasan
Note berikut sekedar sebagai penyeimbang :-) Ada baiknya dimulai dari kutipan penuh dari sebuah buku : ..."Renungkanlah. Orang pertama yang berpikir untuk memasang layar adalah dia yang tidak ingin susah payah mendayung. Orang yang pertama kali memasangkan bajak di pundak sapi adalah orang yang tidak ingin memeras keringat dengan mencangkul. Siapapun yang memanfaatkan air terjun untuk menggiling gabah adalah dia yang benci harus menumbuk padi dengan alu." ... Fair Use: Dari buku Malas Tapi Sukses, terjemahan tulisan Fred Gratzon. Diterbitkan oleh Penerbit Gemilang April 2010. Apa saja produk dari kemalasan dan/atau ketidakpuasan yang kita pergunakan ? + Telephone Orang tidak puas hanya mendapatkan informasi dengan menterjemahkan kode morse, orang ingin mendengar suara lawan bicara. Orang malas menghafal kode morse (bahkan sampai sekarang ujian kirim&terima dgn kode morse untuk operator radio adalah momok), malas untuk pergi ke kantor telegraph. + Gagang Telephone berkabel panjang dan Wireless Telephone. Orang tidak puas untuk dibatasi aktivitasnya hanya menerima telephone, sebagian ingin bercakap-cakap sambil menyiapkan sarapan pagi misalnya. Orang malas untuk pergi ke tempat telepon kabel diletakkan dalam ruang/rumah. Orang lebih memilih untuk membawa wireless phone kemanapun di dalam rumah. + Handphone/cellphone Orang tidak puas hanya bisa berbicara dengan mendatangi tempat fixed phone berada. Orang ingin puas berbicara di manapun kapanpun. Orang yang sedang malas berbicara ingin mengirim informasi dengan text (sms). + Komputer Desktop Para engineer malas untuk mengganti tabung triode atau sejenisnya yang gampang putus pada komputer generasi pertama. Orang tidak puas dengan ukuran yang besar dan konsumsi daya energi listrik yang tinggi dari komputer generasi awal. Orang tidak puas bekerja berbagi satu server melalui beberapa terminal. Orang malas pergi ke ruang server untuk mengambil dan menyimpan data. + Laptop Orang tidak puas hanya dapat menggunakan komputer meja (desktop), mereka ingin bisa membawa komputer ke banyak tempat yang mereka tuju. Orang malas memindah-mindahkan dan membawa komputer desktop yang relatif berat dan harus terhubung ke jala-jala listrik (entah langsung atau melalui alat semacam UPS) atau menggunakan accu dengan inverter. + Netbook Orang tidak puas dengan ukuran laptop yang relatif masih dianggap besar dan berat untuk banyak kebutuhan pengguna. Hal ini seiring dengan kemajuan zaman dimana kebutuhan komputasi personal meningkat seiring dengan lebih banyak aspek kehidupan personal manusia yang menggunakan komputer. Orang tidak puas dengan daya tahan baterai laptop yang awalnya singkat (sekarang ada yang sudah mencapai 8 jam lebih) , hal ini berkaitan dengan kebutuhan sistem elektronik komputasi. Lahirlah generasi semacam Intel Atom untuk aplikasi komutasi yang relatif ringan bagi personal computing. Orang malas membawa laptop dan malas membawa (plus mengganti) baterai tambahan. + Tablet Masih kurang puas dengan volume dan berat Netbook orang mencari sesuatu yang lebih ringkas. Everywhere everytime personal computing is increasing. Malas membawa papan kunci alias keyboard, buang. Gantikan dengan touchscreen. + WiFi Tidak puas dengan jankauan dan biaya set up jaringan komputer berbasis kabel. Malas menangani keruwetan pengaturan awal dan pemeliharaan jaringan kabel. +Pemanas / pendingin ruangan TIdak puas dengan suhu dan kelembaban yang ada. Malas untuk mencari kayu bakar :-) + TV Remote Control Monumen besar dan telak dari ketidak puasan dan kemalasan, need I say more ? ------------------- Menuju pencapaian untuk semakin efektif, semakin efisien. Meskipin kadang hanya dari beberapa sisi dan dengan pengorbanan di sisi lainnya. In engineering we used to call it TRADE-OFF :-) Izinkan note ini diakhiri dengan kutipan dari Thomas Alva Edison: "Discontent is the first necessity of progress." "Ketidak puasan adalah syarat pertama dari kemajuan" FB note by Sunu Pradana on Wednesday, January 12, 2011 at 1:16pm
Do not frown :-)
FB by Sunu Pradana on Thursday, January 20, 2011 at 9:32pm
WAVES FROM MOVING SOURCES.
Adagio. Andante. Allegro moderato.
$450. The following story is true. There was a little boy, and his father said, "Do try to be like other people. Don't frown." And he tried and tried, but could not. So his father beat him with a strap; and then he was eaten up by lions.
Reader, if young, take warning by his sad life and death. For thought it may be an honor to be different from other people, if Carlyle's dictum about the 30 millions be still true, yet other people do not like it. So, if you are different, you had better hide it, and prentend to be solemn and wooden-headed. Until you make your fortune. For most wooden-headed people worship money; and, really, I do not see what else they can do. In particular if you are going to write a book, remember the wooden-headed. So be rigorous; that will cover a multitude of sins. And do not frown.
There is a time for all things : for shouting, for gentle speaking, for silence ; for the washing of pots and the writing of books. Let now the pots go black, and set to work. It is hard to make a beginning, but it must be done.
-- Oliver Heaviside,
Electromagnetic Theory, Vol 3 (1912), Ch. 9 'Waves from moving sources - Adagio, Andante, Allegro moderato.'
Bibit Unggul dan Media Tumbuh Kembang, Politik Pengabaian
FB note
by Sunu Pradana on Saturday, January 22, 2011 at 4:10pm
"Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu." — John F. Kennedy
Biasanya kalimat di atas menjadi semacam mantra yang diungkapkan oleh politisi atau sebagian orang lain yang sepaham dengan mereka. Yang jarang diungkapkan secara gamblang adalah bahwa Kennedy adalah presiden negara Amerika Serikat, yang dalam Amandemen Pertama dari UUD-nya menjamin kebebasan berbicara. Ini adalah negara yang rakyatnya boleh marah sejadi-jadinya kepada administration (administer VS pemerintah, versi bahasa kita) sepanjang kegiatannya tak melanggar hukum, gak pake acara sensi. Biasanya politisi, apalagi yang sedang berkuasa jarang mau mengungkapkan ini, untuk alasan yang sudah jelas.
Sebagaimana padi masih perlu tanah (atau media serupa) dan ikan cakalang masih perlu lautan, yang disebut kemajuan bangsa itu bersyarat. Ada perbaikan bibit tapi juga ada perbaikan media tumbuh kembang. Kalau cuma satu yang digeber disuruh baik ya gak bisa. Amal pahala akhirat dapat, tapi energi kerja untuk masyarakat sia-sia.
Di bawah ini ada tulisan menarik, contoh kasus dari sekian banyak kasus yang luput dari perhatian. Entah dimulai kapan, barangkali sebelum 2007, berlanjut 2008-2009-2010-2011 ... . Lalu mungkin kita akan marah-marah karena hasil temuannya "dicolong" Malaysia. Jadilah lagi sebutan Malingsia, mencuri harta yang disia-siakan pemilik sahnya. Menarik untuk dilihat apa "yang telah diberikan" ini akan segera luas diterapkan atau seperti biasa, terlalu banyak alasan yang akhirnya jadi tertawaan negara lain. Lalu ... menyalahkan yang sudah terlanjur apatis. Ini dia tulisan lengkapnya:
Wanita di antara katoda dan anoda
Pekan lalu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar seminar teknologi fuel cell yang didukung beberapa perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas serta agen tunggal pemegang merek (ATPM).
Fuel cell atau sel bahan bakar bukan hal yang baru karena sudah ditemukan ilmuwan Inggris, Francis Bacon, pada 1930. Secara sederhana, cara kerjanya mirip aki. Pada fuel cell terdapat dua lapis elektroda dan elektrolit (zat) yang akan membiarkan ion lewat, namun menahan elektron.
Pada anoda dialirkan H2 (hidrogen) kemudian logam platina (Pt) pada anoda bekerja sebagai katalis, ‘mengambil’ elektron dari atom hidrogen. Ion H+ yang terbentuk akan melewati elektrolit, sedangkan elektron tetap tertinggal di anoda.
Sementara itu, di katoda, oksigen dialirkan. Kemudian, ion H+ yang melewati elektrolit akan berikatan dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yang terkandung pada katoda sebagai katalis.
Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada anoda, elektron tertinggal, sedang di katoda elektron dibutuhkan. Sehingga, jika anoda dan katoda dihubungkan, elektron akan mengalir. Limbah reaksi ini berupa air (H20) yang aman untuk langsung diteguk.
Sepintas sederhana, tapi untuk membuatnya butuh pengetahuan material mumpuni. Salah satunya adalah Eniya Listiani Dewi. Perempuan alumnus Departemen Kimia Terapan Universitas Waseda, Tokyo, yang mengepalai tim pengembangan fuel cell BPPT.
Dari tangannya lahir fuel cell dengan kandungan lokal 80% yang sudah mampu menghasilkan 20 Watt. Hingga akhir tahun ini dia menargetkan fuel cell ciptaannya bisa menghasilkan 50 Watt dengan ukuran makin kompak.
Sepintas memang masih jauh untuk berbicara soal produksi massal dari fuel cell itu. Misalnya untuk catu daya telepon genggam, komputer jinjing, apalagi mimpi memiliki mobil listrik dalam negeri secanggih mobil-mobil fuel cell luar negeri.
Namun, dari bisik-bisik tamu yang hadir, isi di dalam kotak sel bahan bakar itu sudah menerbitkan kekhawatiran dari negara lain. Sebab teknologi membran electrode assembly (MEA), yang merupakan kunci dalam proses konversi energi dari energi kimia menjadi energi listrik itu asli Indonesia dan sudah selangkah lebih maju dibandingkan teknologi negara lain.
Lebih murah
Kekhawatiran itu muncul sebab membran hidrokarbon bermaterial lokal itu itu dapat menurunkan biaya produksi hingga 85% dibandingkan membran komersial yang kini beredar di pasaran. Sekotak fuel cell ciptaan Eniya itu hanya berharga Rp25 juta.
“Kalau nanti bisa diproduksi secara massal, bisa ditekan hingga 80%-85% dari harga saat ini. Sekarang masih mahal tapi kita sudah menemukan sistemnya. Jadi bisa terus dipermurah,” tutur ibu empat anak ini.
Satu tantangan yang masih harus dicari solusi perempuan penerima grant dari Japan Society of Promotion of Science 2000-2003 ini adalah meningkatkan ketahanan membran polimer ciptaannya itu yang kini baru bisa dipakai seumur lampu pijar biasa atau 4.000 jam.
Menurut dia, mengetahui sistem jauh lebih penting daripada produksinya. Hal itu merujuk kasus sistem sel matahari (photovoltaic) yang sudah 25 tahun diterapkan di Tanah Air tapi tak dikuasai teknologinya. Hasilnya Indonesia hanya bisa terus menerus mengimpor.
Sayangnya, meski fuel cell berpotensi besar, pemerintah tak kunjung mengucurkan dana penelitian yang mencukupi. Dari dana ideal sebesar Rp50 miliar, tahun ini pemerintah hanya mengucurkan dana Rp1 miliar dan tahun depan Rp3 miliar.
Meski diberi modal seadanya dan cibiran peneliti BPPT lain, Eniyati tetap optimistis. Apalagi kini teknologi nano di Indonesia makin pesat sehingga perkakas fuel cell yang dihasilkannya bisa makin imut dan perkasa.
Menurut dia, pengembangan sel bahan bakar hidrogen dalam satu dekade ke depan sangat penting. Ini bisa dilihat dari keseriusan banyak industri otomotif dan generator yang makin terkonsentrasi pada teknologi ini.
Salah satu contohnya adalah perlombaan produsen kendaraan untuk mengaplikasikannya secara hibrid dengan mesin bakar atau bahkan 100% berbahan bakar hidrogen.
Eropa bahkan sudah berencana mengaplikasikannya untuk sarana transportasi massal mereka sementara Jepang pada kendaraan-kendaraan pribadi di perkotaan.
Malaysia pantas diberi tanda tebal. Jiran kita adalah satu negara Asean yang bernafsu mempercepat alih teknologi ini. Mereka bahkan sampai harus menggandeng raksasa Jerman Mercedes Benz yang melakukan riset dan penerapan fuel cell pada produk kendaraan masa depan mereka.
Meski kini Malaysia tertinggal namun Eniya mengingatkan semua pihak terkait kasus sel surya. Indonesia lebih dulu menggunakan tapi tertinggal dalam teknologi pembuatan. Hasilnya kini Malaysia sejajar dengan negara lain dan mengekspor sel matahari tersebut.
Rasanya kekhawatiran Eniya patut dicermati. Dulu Malaysia belajar perminyakan ke Indonesia, kini mereka mengekspornya pada mantan gurunya. Mereka juga tertinggal dalam urusan teknologi mobil, belakangan justru Proton yang melenggang di Tanah Air.
Bagaimana kemajuan rekayasa Indonesia? Setelah PT DI yang membuat Malaysia terperangah dipreteli, faktanya kini tinggal ‘teknologi’ pembantu rumah tangga murah saja yang masih bisa dibanggakan Indonesia pada Malaysia. Ironis!
*Bisnis Indonesia Edisi: 19/09/2007
sumber:http://aergot.wordpress.com/2008/07/05/eniya-listiani-dewi/
Posted by: algooth putranto on: July 5, 2008
Pentingnya merumuskan masalah
"Segera setelah anda sadar akan persoalan-persoalan saat ini, Anda selalu memperoleh semacam pengarahan intuitif mengenai apa yang harus dilakukan, ke mana harus pergi. Anda mendapatkan firasat mengenai langkah berikutnya. Selalu. Satu-satunya saat pengarahan ini tidak ada ialah ketika Anda mempunyai persoalan yang salah di dalam pikiran Anda. Problem dalam hidup bukan hanya terletak di dalam menerima jawaban-jawaban. Problemnya terletak di dalam mengidentifikasikan persoalan-persoalan yang Anda hadapi sekarang. Segera setelah persoalan Anda terumus dengan benar, jawaban-jawabannya selalu datang."
Modelling, yang tidak berhubungan dengan fashion mode :-)
"Berdasarkan statistik mulai tahun 1961 mereka yang meraih Nobel Fisika adalah murid peraih Nobel fisika sebelumnya. Para peraih Nobel biasanya berada dalam lingkungan elit para ilmuwan besar. Dengan bekerja pada peraih Nobel seorang bisa berada dalam lingkungan elit para ilmuwan besar ini. Ini akan sangat mempengaruhi cara berpikir dia dan cara ia melakukan penelitian-penelitian. Jadi dapat dimengerti mengapa peraih nobel “dilahirkan” oleh peraih nobel.
Nah kalau kita mau meraih Nobel maka kita harus kirim sebanyak mungkin siswa cerdas kita ke universitas dimana ada peraih Nobel atau ilmuwan yang hebat-hebat seperti di MIT, Caltech, Stanford Univ, Princeton, Univ. Cambridge, Univ. Tokyo dan sebagainya.
Saat ini kami sudah mengirim beberapa siswa terbaik kita ke berbagai universitas top di luar negeri. Mereka sudah banyak berinteraksi dengan para peraih Nobel diantaranya Widagdo Setiawan di MIT menjadi murid Wolfgang Ketterle (peraih Nobel Fisika tahun 2001), Evelyn Mintarno di Stanford Univ. sempat menjadi asisten Douglas Osherroff (peraih Nobel Fisika tahun 1996), Oki Gunawan di Princeton Univ pernah jadi murid Daniel Tsui (peraih Nobel Fisika tahun 1998), Rizal Fajar di Caltech banyak berinteraksi dengan peraih Nobel, bahkan ia sempat mengajar suatu kelas dimana di kelas itu ada seorang peraih Nobel fisika tahun 2004 (ya peraih nobel fisika sungguhan) sebagai murid. Ada sekitar alumni 70-an alumni TOFI sekarang tersebar di seluruh dunia." [1]
"Jika anda mengenal seorang yang menampilkan perilaku yang Anda kagumi, atau yang telah mencapai sesuatu yang ingin Anda lakukan , Anda dapat menggunakan orang itu sebagai model. Dan Anda dapat meniru keberhasilan orang itu dengan mengatur pola berpikir dan tubuh Anda seperti dia. Para ilmuwan menyebut ini sebagai pemodelan (modeling)."[2, halaman 40 ]
When you're in love, you want to tell the world.
FB note
by Sunu Pradana on Friday, January 28, 2011 at 11:21pm
Chapter 2
SCIENCE AND HOPE
"...Popularizing science—trying to make its methods and findings accessible to non-scientists—then follows naturally and immediately. Not explaining science seems to me perverse. When you're in love, you want to tell the world. This book is a personal statement, reflecting my lifelong love affair with science.
But there's another reason: Science is more than a body of knowledge; it is a way of thinking. I have a foreboding of an America in my children's or grandchildren's time—when the United States is a service and information economy; when nearly all the key manufacturing industries have slipped away to other countries; when awesome technological powers are in the hands of a very few, and no one representing the public interest can even grasp the issues; when the people have lost the ability to set their own agendas or knowledgeably question those in authority; when, clutching our crystals and nervously consulting our horoscopes, our critical faculties in decline, unable to distinguish between what feels good and what's true, we slide, almost without noticing, back into superstition and darkness. ..."
Fair Use:
"THE DEMON-HAUNTED WORLD: Science as a Candle in the Dark"
by Carl Sagan and Ann Druyan
Ballantine Books (February 25, 1997)
ISBN-10: 0345409469
ISBN-13: 978-0345409461
Minggu, 22 Mei 2011
Yin & Yang, The Tao of Physics
Incomprehensible kok bangga :-)
FB Note
by Sunu Pradana on Friday, February 25, 2011 at 12:30pm
Saya menemukan ungkapan ini dalam sebuah ulasan tentang suatu buku (Linked) untuk FB 'note' sebelumnya (sendiri,diam-diam,ramai-ramai). Menarik apa yang diungkapkan oleh Kes Sampanthar beikut:
...Saya tidak pernah menjadi penggemar buku-buku ilmiah dan akademik yang membanggakan diri sebagai sesuatu yang benar-benar sulit untuk dimengerti. Richard Feynman, fisikawan pemenang Hadiah Nobel, pernah berkata bahwa jika seseorang benar-benar memahami subjek mereka harus mampu menjelaskannya kepada khalayak umum tanpa menggunakan jargon teknis ( Catatan Kuliah Feynman tentang Fisika Vol 1,2,3 adalah contoh yang sempurna). Untuk dapat menjelaskan subjek yang rumit Anda perlu menggunakan analogi, contoh dan cerita. Cerita memberikan kerangka pemahaman bagi pembaca umum untuk menyerap materi yang kompleks...
(...I have never been a fan of scientific and academic books that pride themselves on being totally incomprehensible. Richard Feynman, the Nobel Prize winning physicist, once said that if someone truly understands a subject they should be able to explain it to a general audience without resorting to technical jargon (Feynman's Lectures on Physics Vol 1,2,3 are a perfect example). To be able to explain a complex subject you need to resort analogies, examples and stories. Stories give a framework for the general reader to absorb the complex material...)
Masukan yang bagus, semoga bisa segera dicoba lagi.
Ref:
http://www.amazon.com/Linked-Everything-Connected-Else-Means/dp/0452284392
Sabtu, 21 Mei 2011
Geothermal, Powering Indonesia (video)
Sir Ken Robinson: Education is broken (video)
Kamis, 19 Mei 2011
Watch "Flip This Classroom: Khan Academy Brings Lectures Home"
Rabu, 18 Mei 2011
Watch "William Kamkwamba: How I built my family a windmill"
Watch "TEDxPalermo Diana Verde Nieto"
Selasa, 17 Mei 2011
Watch "Printers, New Source of Cloning Technology?"
Watch "Cotton: The Future of American High Tech?"
Senin, 16 Mei 2011
Watch "Angela Belcher: Using nature to grow batteries"
Kamis, 12 Mei 2011
Watch "Designing a Quake-Resistant Building Starts at the Soil"
Watch "PII: Insinyur Asing Berpotensi Serbu Indonesia"
Hayo, sudah siapkah sebagai bangsa?
Watch "Ron Gutman: The hidden power of smiling"
Rabu, 11 Mei 2011
Watch "What Can Singapore Teach...?" on YouTube
Android@Home Lets You Control Your Lights & Appliances Wirelessly
from: Mashable!
Google has just unveiled the Android@Home framework, a set of protocols for controlling light switches, alarm clocks and other home appliances through any Android device.
The search giant's ambitious plan intends to turn the home into one connected device. During a demo Tuesday at Google I/O in San Francisco, the company showed off the capability to control lights via an Android tablet. Android@Home essentially makes it possible to control wireless or connected devices.
Google also showed off a new type of Android device: a home theater system called "Project Tungsten." Google rigged several speakers to the Android OS and, using an Android tablet, controls the speaker system. Google also demonstrated how the system can start playing music just by swiping a near-field communication-enabled CD case in front of the "Project Tungsten" setup.
Don't expect to be controlling your home light switches with Android@Home next week, though. Google has partnered with companies such as LightingScience to bring compatible appliances and devices to the market, but they won't debut until the end of the year.
Google unveiled the framework now so that developers can get a head start on building apps on top of the new protocols.
Read story on:
http://www.buzzbox.com/preview/android-home-lets-you-control-your-lights-appliances-wirelessly/?id=36808803
found with BuzzBox News App on my Android phone
Senin, 09 Mei 2011
Makan di angkringan pinggir sawah, sejuk :-)
Minggu, 08 Mei 2011
Watch "Stanford Team Proves Einstein's Theory of Relativity" on YouTube
Kamis, 05 Mei 2011
Watch "How Can NASA Innovate?" on YouTube
Minggu, 01 Mei 2011
Decibel (dB): definition, example & calculator (an excerpt)
Decibel (dB) definition
Decibel (Symbol: dB) is a logarithmic unit that indicates ratio or gain.
Decibel is used to indicate the level of acoustic waves and electronic signals.
The logarithmic scale can describe very big or very small numbers with shorter notation. The dB level can be viewed as relative gain of one level vs. other level, or absolute logarithmic scale level for well known reference levels.
Decibel is a dimensionless unit. The ratio in bels is the base 10 logarithm of the ratio of
P 1 and P 0 :
Ratio B = log 10 (P 1 / P 0 )
Decibel is one tenth of a bel, so 1 bel is equal to 10 decibel.
1B = 10dB
Power ratio
The power ratio in decibels (dB) is 10 times base 10 logarithm of the ratio of P 1 and P 0 :
Ratio dB = 10·log 10 (P 1 / P 0 )
Amplitude ratio
The ratio of quantities like voltage, current and sound pressure level are calculated as ratio of squares.
The amplitude ratio in decibels (dB) is 20 times base 10 logarithm of the ratio of V 1 and V 0 :
Ratio dB = 10·log 10 ([V1]^2 / [V0]^2 )
= 20·log 10 (V 1 / V 0 )
Decibel (dB): definition, example & calculator http://bit.ly/mRaCtB
Decibel (an excerpt from wikipedia)
A decibel (dB) is one tenth of a bel (B),
i.e. 1 B = 10 dB.
The bel is the logarithm of the ratio of two power quantities of 10:1, and for two field quantities in the ratio [sqrt(10):1].
A field quantity is a quantity such as voltage, current, sound pressure, electric field strength, velocity and charge density, the square of which in linear systems is proportional to power.
A power quantity is a power or a quantity directly proportional to power, e.g. energy density, acoustic intensity and luminous intensity.
The calculation of the ratio in decibels varies depending on whether the quantity being measured is a power quantity or a field quantity.
Introduction To The dB (excerpt)
The deciBel
Represent gains or attenuations logarithmically (base 10) (the Bel)
But to make numbers more convenient, scale by a factor of 10 (the deciBel or dB)
Then,
G = 10Log(P out / P in ) in dB
Examples:
An amplifier has a power gain of 1000.
What is this in G = 10Log(1000) = 10 x 3 = 30 dB
An attenuator has its output power 1/10th of its input is its transfer function in dB?
G = 10Log(1/10) = 10 x -1 = -10 dB. (Note -dB can be negative)
Introduction To The dB http://bit.ly/mv7gtG