Senin, 23 Mei 2011

Modelling, yang tidak berhubungan dengan fashion mode :-)

FB note
by Sunu Pradana on Tuesday, January 25, 2011 at 8:56pm

 

Saya ingat samar-samar pernah membaca tulisan wawancara dengan Prof Yohanes Surya,Ph.D., mengenai apa perlunya mengirim siswa-siswa muda cemerlang dari Indonesia untuk "berkumpul" dengan para peraih Nobel. Intinya soal pola pikir, sayangnya saya tidak menemukan kembali tulisan wawancara itu. Tetapi saya menemukan inti pemikiran yang sama di situs Prof Yohanes Surya, sbb:
"Berdasarkan statistik mulai tahun 1961 mereka yang meraih Nobel Fisika adalah murid peraih Nobel fisika sebelumnya. Para peraih Nobel biasanya berada dalam lingkungan elit para ilmuwan besar. Dengan bekerja pada peraih Nobel seorang bisa berada dalam lingkungan elit para ilmuwan besar ini. Ini akan sangat mempengaruhi cara berpikir dia dan cara ia melakukan penelitian-penelitian. Jadi dapat dimengerti mengapa peraih nobel “dilahirkan” oleh peraih nobel. 

 

Nah kalau kita mau meraih Nobel maka kita harus kirim sebanyak mungkin siswa cerdas kita ke universitas dimana ada peraih Nobel atau ilmuwan yang hebat-hebat seperti di MIT, Caltech, Stanford Univ, Princeton, Univ. Cambridge, Univ. Tokyo dan sebagainya.

 

Saat ini kami sudah mengirim beberapa siswa terbaik kita ke berbagai universitas top di luar negeri. Mereka sudah banyak berinteraksi dengan para peraih Nobel diantaranya Widagdo Setiawan di MIT menjadi murid Wolfgang Ketterle (peraih Nobel Fisika tahun 2001), Evelyn Mintarno di Stanford Univ. sempat menjadi asisten Douglas Osherroff (peraih Nobel Fisika tahun 1996), Oki Gunawan di Princeton Univ pernah jadi murid Daniel Tsui (peraih Nobel Fisika tahun 1998), Rizal Fajar di Caltech banyak berinteraksi dengan peraih Nobel, bahkan ia sempat mengajar suatu kelas dimana di kelas itu ada seorang peraih Nobel fisika tahun 2004 (ya peraih nobel fisika sungguhan) sebagai murid. Ada sekitar alumni 70-an alumni TOFI sekarang tersebar di seluruh dunia." [1]
Di dalam sebuah terjemahan buku klasik, Quantum Learning, terdapat paragraf berikut:
"Jika anda mengenal seorang yang menampilkan perilaku yang Anda kagumi, atau yang telah mencapai sesuatu yang ingin Anda lakukan , Anda dapat menggunakan orang itu sebagai model. Dan Anda dapat meniru keberhasilan orang itu dengan mengatur pola berpikir dan tubuh Anda seperti dia. Para ilmuwan menyebut ini sebagai pemodelan (modeling)."[2, halaman 40 ]

 

Beberapa hari yang lalu, sewaktu saya sampai pada halaman yang berisi paragraf di atas saya teringat tulisan wawancara Prof Yohanes. Ingatan itu mucul mendadak, tanpa usaha sama sekali. Barangkali yang baru saja saya baca memicu ingatan karena ada penjelasan lebih mengenai pemodelan. Tantangannya sekarang adalah bagaimana mendapatkan sumber bacaan mengenai para tokoh yang ingin dijadikan model. Untuk beberapa tokoh cukup tersedia, misalnya untuk Rasulullah SAW terdapat banyak sekali hadith yang bisa diperoleh.

 

Tidak semua tokoh memiliki biografi apalagi autobiografi, kalaupun ada maka cetakan bukunya belum tentu gampang diperoleh. Inilah pentingnya Internet, sekarang :-) Banyak kisah hidup, tulisan dan karenanya, pola pikir para tokoh yang bisa diperoleh dari berbagai situs dalam berbagai bentuk dan format.
Meniru adalah proses alamiah manusia dari lahir sampai mati. Begitu pula perjalanan kemajuan teknologi sebuah bangsa, Jepang dahulu konon adalah toekang tiroe yang rajin.

 

Sayangnya kalau diamati sehari-hari belakangan ini di berbagai lingkungan, yang suka ditiru sekedar kulit permukaannya saja. Sekedar simbol-simbol dan ciri-ciri, bukan esensi. Karenanya dinamika internal dan pola pikir sang tokoh sering kali terlewati, tidak teramati dan gagal untuk ditiru.

 

Pada sebuah buku lain saya pernah membaca sang penulis memberi peringatan tentang usaha meniru yang sekedar meniru. Menurutnya, kurang lebih, hanya karena para pendiri dan pegawai Yahoo! mengenakan jeans, t-shirt dan bertelanjang kaki saat bekerja di kantor maka sekedar meniru hal itu tidak akan membuat anda secanggih mereka. Pakaian dan penampilan para pegawai Yahoo! adalah fungsi dari dinamika internal pribadi mereka. Mereka perlu merasa secara fisik bebas dan nyaman untuk bebas dan nyaman berpikir. Sekedar meniru penampilan mereka tidak akan mendatangkan kemampuan berpikir yang sama.

 

Terakhir mungkin berharga untuk mencerna dan mengingat apa yang disampaikan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers. Pencapaian sesuatu tidak hanya bergantung pada kemauan dan kemampuan individu semata. Pencapaian juga bergantung pada daya dukung lingkungan, terpengaruh oleh keadaan sekitar. Jadi kadang dalam meniru juga perlu modifikasi, tidak dapat selalu persis sama :-) 

 

[1] http://www.yohanessurya.com/activities.php?pid=10103&id=33
Diakses 25 Januari 2011
[2] Buku Quantum Learning oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
Terjemahan, cetakan XXVIII, April 2010 oleh penerbit Kaifa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar