Senin, 23 Mei 2011

Terlena kenyamanan bulu kelinci (Dunia Sophie)

FB note

by Sunu Pradana on Wednesday, December 29, 2010 at 9:09am

...

 

"Menurutmu, mengapa Thomas dan Ibunya bereaksi dengan cara begitu berbeda ?

 

Semua ada hubungannya dengan kebiasaan. Ibu sudah tahu bahwa orang tidak dapat terbang. Thomas belum. Dia belum yakin apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan di dunia ini.

...

Sedihnya, bukan hanya kekuatan gaya berat sajalah yang terbiasa kita rasakan ketika kita tumbuh. Dunia itu sendiri dengan serta-merta menjadi suatu kebiasaan. Tampaknya seakan-akan dalam proses pertumbuhan kita kehilangan kemampuan bertanya-tanya tentang dunia. Dan dengan berlaku demikian, kita kehilangan sesuatu yang sangat penting--sesuatu yang oleh para filosof diusahakan untuk dipulihkan. Sebab di suatu tempat dalam diri kita sendiri, ada sesuatu yang mengatakan kepada kita bahwa kehidupan merupakan suatu misteri yang sangat besar. Inilah sesuatu yang pernah kita alami, jauh sebelum kita belajar untuk memikirkan pemikiran itu.

...

Karena berbagai alasan, kebanyakan orang begitu disibukkan oleh permasalahan sehari-hari sehingga keheranan mereka terhadap dunia tersuruk ke belakang. Mereka merayap jauh ke dalam bulu-bulu kelinci, meringkuk dengan nyaman, dan tinggal di sana sepanjang hidup mereka.

 

 Bagi anak-anak, dunia dan segala sesuatu di dalamnya itu baru, sesuatu yang membangkitkan keheranan mereka. Tidak demikian halnya bagi orang-orang dewasa. Kebanyakan orang dewasa menerima dunia sebagai sesuatu yang sudah selayaknya demikian.

 

 Di sinilah tepatnya para filosof itu menjadi tokoh istimewa. Seorang filosof tidak pernah terbiasa dengan dunia. Baginya, dunia selalu tampak sedikit tidak masuk akal--membingungkan, bahkan penuh teka-teki. Para filosof dan anak-anak kecil karenanya sama-sama memiliki indra yang penting. Kamu boleh mengatakan bahwa sepanjang hidupnya seorang filosof selalu menjadi seorang anak-anak yang peka"

-- Dari buku novel "Dunia Sophie" halaman 49 ~ 50.

FAIR USE:

 

Kutipan di atas diambil dari novel yang sangat bagus karya Jostein Gaarder berjudul "Dunia Sophie". Diterbitkan oleh Mizan, gold edition cetakan ke dua 785 hal (minus index). Sekalipun sebuah novel, buku ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa FIB. Salah satu yang kebetulan saya tahu adalah untuk kuliah Dasar-Dasar Filsafat di UI .

Keutamaan novel filsafat ini adalah bahwa pengantar ilmu filsafat disajikan dengan cara yang ringan. Tokoh utamanya adalah Sophie, seorang anak putri 14 tahun, yang dituntun untuk belajar filsafat secara mudah dengan berbagai hal dalam kehidupannya sehari-hari.  Jostein Gaarder adalah seorang penulis pandai, karena menurut Albert Einstein diperlukan seorang pandai untuk bergelut dengan kerumitan lalu menyajikannya dengan cara yang mudah bagi orang lain.

 

Direkomendasikan :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar