Kamis, 09 Juni 2011

Berpisah sementara

Aktivitas blogging saya sempat mati suri untuk beberapa waktu. Ada banyak aktifitas yang punya prioritas lebih tinggi yang harus ditangani. Informasi yang didapat di Internet dan ide yang berseliweran masih memerlukan waktu dan gerak jemari agar bisa diunggah di blog.

Pertolongan pertama datang dari Posterous.com dam Amplify.com. Keduanya adalah situs Internet yang dapat berfungsi sebagai aggregator. Tiap kali bertemu informasi yang menarik atau berguna di Internet saya bisa mempergunakan keduanya untuk menyimpan informasi itu tidak di dalam sistem komputer saya melainkan di situs saya di Internet.

Amplify.com dilengkapi denga add-on yang bisa ditaruh di browser. Untuk menyimpan melalui Posterous.com saya bisa mempergunakan add-on AddThis atau yang lebih baik yaitu Shareaholic. Terkadang AddThis dan Shareaholic sudah ada di beberapa situs dan siap untuk dipergunakan.

Pertolongan kedua datang dari ScribFire, sebuah add-on yang saya pasang di browser Firefox dan Chrome. Dengan menggunakan ScribeFire saya tidak lagi perlu melalui proses logging ke situs Blogspot yang masih agak lambat.

Dengan semua tools yang saya sebutkan di paragraf sebelum ini, kegiatan blogging bisa dilakukan dengan lebih singkat. Tetapi...kalau dilakukan melalui komputer :-). Semantara itu dengan keterbatasan waktu saya perlu memanfaatkan daya ungkit yang baru, yaitu telepon genggam.

Keterbatasan waktu ini terutama benar bila dibandingkan dengan jumlah dan laju informasi bermanfaat yang beredar di Internet. Yang mengesalkan terkadang informasi itu bisa "hilang" tertimbun sejumlah besar informasi lain. Atau kenyataan yang lebih parah, benar-benar hilang dari server aslinya yang Internet. Saya pernah terpaksa menggunakan hasil tembolok (cache) dari Google dan memformat ulang artikelnya. Google dan Bing biasanya baru bermanfaat membantu kalau kata kunci yang tepat dari informasi yang dicari diketahui :-)

Saya memang agak heran mengapa Google tidak menyebarluaskan aplikasi untuk Blogspot di OS Android. Saya masih harus menggunakan aplikasi dari pihak ke tiga; Blogger-droid dan Blogaway. Entah apakah ini karena Google lebih senang orang meng-update Blog mereka melalui komputer. Barangkali ini berkaitan dengan soal format tampilan iklan mereka :-)

Aplikasi pihak ke tiga untuk Blogspot tidak bisa dikatakan bekerja dengan seamlessly di handset saya yang murah meriah ini. Apalagi kalau dibandingkan dengan aplikasi dari Wordpress dan Tumblr.

Setelah ditunggu beberapa lama dan melalui beberapa kali update akhirnya saya putuskan untuk berpindah platform. Artinya sementara berpisah dulu dengan Blogspot dan beralih ke Wordpress.com.

Inilah dua blog saya yang baru (published):

- sunuvis.wordpress.com (input)

- pikirsa.wordpress.com (output)

Satu blog lagi masih saya buat privat sampai saatnya tiba untuk dibuka :-)

Mengenai mengapa ada beberapa blog yang dibuat, jawabannya adalah jatah cerita lain waktu di pikirsa.wordpress.com


Sabtu, 04 Juni 2011

Brain miniaturization (Frank & Ernest)


ComicReader- Frank & Ernest: 2000/08/03

Published with Blogger-droid v1.6.9

Eramuslim peduli Facebook (secara postif)?

Ini adalah berita dari Eramuslim.com. Saya sebenarnya tidak ingin ikut masuk ke dalam pembahasan Umi Kaltsum VS Musdah Mulia. Saya beberapa kali menonton pernyataan pendapat ibu Musdah Mulia di televisi dan sampai sekarang saya berfikir belum bisa sependapat dengan pemikirannya.

Sungguhpun saya sebagai orang awam tidak sependapat dengan pemikiran-pemikirannya, saya agak prihatin dengan beberapa pemberitaan di situs Eramuslim.com. Cuplikannya ada di bawah ini:
Berbeda dengan Umi Kaltsum yang banjir dukungan, facebook Musdah Mulia tampak terlihat sepi, bahkan tidak ada sama sekali dukungan dan simpati kepadanya. Hanya ada satu-dua orang memberi komentar. Namun itu pun tidak terkait dirinya yang dikatakan sebagai antek Amerika dalam seminar di Gedung Mulo Makassar.
Padahal Musdah Mulia memiliki dua laman facebook, atas nama Musdah Mulia dan Musdah Mulia II. Namun dalam pantauan Eramuslim.com, hingga pukul 12.00 WIB, tidak ada para pendukung Musdah Mulia yang membela Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. Sebab biasanya, banyak beberapa aktivis Jaringan Islam Liberal yang aktif memberikan simpati terhadap koleganya yang sedang ditimpa konflik. Apakah ini bisa dikatakan kekalahan Musdah dalam perang media? [1]
Lagi...
Niat Musdah Mulia yang akan mempidanakan Umi Kaltsum setelah mengatakan dirinya liberal dan antek Amerika, membuat para facebooker bergerak menggalang dukungan bagi Umi Kaltsum.
Seperti disuarakan Hanifah Ekarianti yang meminta agar Umi Kaltsum tidak takut dengan ancaman pengusung pemikiran Feminisme tersebut. 
“Jangan takut sama ancaman si musdah ngga mulia itu, toh dia cuma manusia biasa aja, gak ada apa-apanya dbanding Allah. Caiyo.”
Bahkan pemilik facebook atas nama Mohammad Islamy menyerukan kepada semua orang untuk melakukan penggalangan dukungan. Ia juga meminta Umi Kaltsum untuk gigih mengganyang faham liberalisme, sekularisme, dan pluralism yang lebih iblis dari pada iblis.
“Mari kita galang dukungan untuk ukhti Umi Kaltsum, yang di ancam dipidanakan oleh musdah semprul karena telah mengkritisi pemikiran liberal ala si semprul ini... Allahu Akbar!!! “ [2]
kutipan terakhir (dari Eramuslim) ...
Nama Umi Kaltsum mendadak heboh. Sang muslimah itu kian santer dibicarakan oleh sesama aktivis dakwah dua hari ini. Kisahnya yang berani mengkritik guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musdah Mulia, banyak mengundang decak kagum sesama rekan facebooker. Laman facebooknya pun ramai di-add oleh beberapa facebooker untuk menyuarakan dukungannya.
...
Umi mengatakan bahwa Musdah Mulia adalah antek Amerika yang liberal setelah pernah meraih nobel Internasional Women of Courage dari Washington pada 8 Maret 2007 lalu. Selain itu, Musdah juga mendapatkan hadiah sebesar Rp 6 miliar. (pz) [3]
Bukankah Mark Zuckerberg, pendiri Facebook [4], itu adalah keturunan Yahudi dan konon mengaku atheis?
‎"Mark was born in 1984 in New York. Although raised Jewish, he has since described himself as an atheist despite having his Bar Mitzvah when he was 13."[5]
Ini sekelumit informasi bagaimana Facebook mencari uang (keuntungan):
Phillips says. “They can make enough money selling big marketers volume impressions online, by running ads at their own site based not on keywords but on the actual tastes and preferences of Facebook users.” [6]
‎"Self-serve advertising allows marketers to decide precisely who they want to appeal to, and buy ads to put in front of users who fit the profile. " [7]

Saya akan sangat senang dan bahagia apabila ada akademisi yang mampu mematahkan argumentasi ibu Musdah Mulia secara elegan. Mereka yang menguasai secara baik landasan pikir dan teori dalam bidang itu barangkali bisa mematahkan secara telak argumentasi si ibu itu. Tapi kalau yang diangkat oleh media hanyalah caciannya saja, sepertinya tak perlu pentas akademis.

Saya, yang mengaku masih urakan, mengajak siapapun untuk membaca tulisan asli dari yang saya cuplik, langsung di Eramuslim.com. Saya merasa kata-kata yang ditulis di sana mirip (atau malah lebih keras?) dari yang biasa terpampang di "media Amerika". Apakah cacian dan umpatan yang disandingkan dengan penyebutan kebesaran nama Tuhan itu pantas? Ini standar pemberitaan model "pembela agama Islam" atau model pemberitaan media Amerika yang katanya dikuasai Yahudi itu?

Kemudian saya agak sulit memahami bagaimana Facebook begitu penting bagi acuan pemberitaan di Eramuslim. Lah kalau tolok ukurnya salingsapa.com mungkin saya masih bisa mengerti :-). Bagaimana mau menuduh "Amerika" selalu berstandar ganda kalau praktiknya masih begini?

Semoga saja ini berarti rekan-rekan sebangsa dan setanah air mulai sadar kenyataan :-). Bawa dari hulu sampai hilir kita masih banyak tergantung dari pihak-pihak di luar kita. Jadi urusannya sekarang  adalah bagaimana memanfaatkan teknologi yang "tidak asli punya kita" ini untuk sebesar-besarnya kebaikan. Sebab jangan sampai kita yang masih menggunakan teknologi asing ini dianggap sebagai antek Amerika, antek Israel, antek Jepang, antek China atau antek Taiwan :-)

p.s :

antek an.tek

[Jw n] orang (negara) yg diperalat atau dijadikan pengikut orang (negara) lain; kaki tangan; budak [8]

 

Semprul (Posted on 28. Aug, 2009 by edhy_sst)

Umpatan dalam bahasa Jawa yang berarti tidak mutu sama sekali. [9]

 

 

 


Jumat, 03 Juni 2011

Kompleksitas Komputasi Perempuan

Kompleksitas Komputasi Perempuan
by Romi Satria Wahono

Wahai mahasiswaku, bila kau tak paham, bertanyalah kepadaku
Aku bukan dosen terbaik yang pernah kau punya
Aku juga bukan peneliti brilian yang pernah kau temui
Tapi paling tidak tlah kupelajari dan kupahami banyak teori di bidang computing ini

Aku mengerti identifikasi object dan class ala James Rumbaugh dan Grady Booch
Bila kalian bingung dengan software testing atau metrics, jangan ragukan aku …
Aku hapal di luar kepala software engineering body of knowlegde
Dan buku Ian Sommerville dan Roger Pressman adalah sarapan pagiku
Bertanyalah juga tentang UML dan design pattern …
Karena aku belajar pertama kali di tahun ketika keduanya dilahirkan di dunia ini

Aku juga mengerti banyak teoritika artificial intelligence (AI)
Karena tekniknya sering kupakai di riset software testing dan software agent
Aku juga telah membaca buku legendaris AI milik Stuart J. Russel
Dan ku mengerti bagaimana implementasi AI di Java
Aku juga paham pemikiran Lotfi Zadeh tentang logika fuzzy
Yang ternyata tepat untuk menyelesaikan masalah yang uncertainty

Bila kalian mau mengambil topik data mining, tak usah ragu
Aku paham dengan baik algoritma C4.5, nearest neighbor, a priori
Ataupun algoritma clustering ala fuzzy c-means dan k-means

Bila akhirnya dokumen tak terstruktur yang kalian tangani
Juga telah ku khatamkan buku Information Retrieval-nya Christopher D. Manning
Aku mengerti bagaimana mengkonstruksi dan mengkompresi index
Dan aku hapal seluruh model information retrieval
Dari model exact matching ala boolean retrieval atau scoring ala vector space model

Tapi, kuingin kau tahu, wahai mahasiswaku …
Janganlah bertanya kepadaku masalah perempuan dan teknik komputasinya
Karena jujur, akupun tak tahu …
Kompleksitasnya melebihi yang kuduga, melampaui yang ku sangka
Andai kau tahu, perempuan itu makhluk yang paling sulit dikomputasi

Kau beri logika fuzzy, dia akan minta crisp
Kau beri algoritma sorting, dia akan minta random
Ketika kau pikir cukup dengan FIS, maka dia berharap kau menggunakan ANFIS

Model reasoning di kepalanyapun bisa berubah
Kadang rule-based, case-based dan bisa berakhir dengan model-based reasoning
Ketika kau mengira dia penganut madzhab single inheritance
Mau kaupun salah, karena dia kadang bisa menerima multiple inheritance
Paradigma pemrograman di hatinya juga bisa berpindah dengan cepat, secepat kilat
Hari ini procedural, lusa object-oriented dan minggu depan aspect-oriented paradigm

Ketika kau retrieve dia dengan model boolean, dia akan minta model vector space
Ketika kau index dia dengan normalisasi plus algoritma stemming dan lemmatization
Dia akan mentertawakanmu, menganggap dirimu lebay
Dan akhirnya dia malah memilih metode tidak efisien ala incidence matrix

Dan hebatnya …
Tak bisa kau ukur efisiensi algoritma yang dia gunakan dengan notasi Big O
Dan makin aneh kau rasakan …
Karena ketika kau pikir dia tak bisa dipahami dengan logika
Dia akan datang kepadamu dengan pemikiran penuh logika
Dan bahkan teori himpunan matematika

Wahai perempuan …
Andai kau tahu, kalau dalam computational complexity theory …
Ranah kompleksitasmu mungkin di atas NP-hard
Ku mengerti dan pahami bahwa aku tak slalu bisa menaklukkanmu
Karena itu, ajarkan kepadaku …
Metode komputasi yang tepat, yang paling efektif dan efisien …
Yang sebaiknya kugunakan untukmu …

 

http://romisatriawahono.net/2010/12/03/kompleksitas-komputasi-perempuan/


Kamis, 02 Juni 2011

Pelajaran dari orde baru

FB note by Sunu Pradana on Wednesday, June 1, 2011 at 10:42am

Hari-hari ini media televisi nasional marak dengan adegan yang berputar pada soal hukum dan keadilan. Tak sedikit yang berbicara dan berkata,"demi hukum" dan "demi keadilan." Anehnya di media massa nasional banyak anggota masyarakat yang menyuarakan maraknya ketidakadilan.

Agaknya perlu disuarakan lebih nyaring agar mereka yang mengatasnamakan hukum perlu berhati-hati. Perlulah barang sebentar belajar dari nasib aura Pancasila di era reformasi ini. Kalau mau jujur mengakui bagi generasi yang masih tergolong muda-dewasa saat ini, Pancasila dan penataran P4 identik dengan zaman orde baru. Karya rumusan pemikiran hebat pera pejuang kemerdekaan itu identik dengan rezim Presiden Soeharto yang tidak pernah kalah dalam pemilu. Karenanya setelah rezimnya jatuh maka Pancasila ikut terkena imbasnya, tak lagi populer seperti dulu. Segala yang berbau orde baru wajar dianggap hanyalah alat para penguasa untuk mengekalkan kekuasaannya.

Sekarang seharusnya orang-orang harus berhati-hati kalau mau berlindung di balik tameng hukum. Mereka yang mencari keuntungan dengan cara tak benar dengan memanfaatkan hukum serupa dengan mereka yang berusaha memanfaatkan Pancasila dan tata bernegara untuk tetap berkuasa. Kalau sampai bendungan emosi rakyat pecah, terjadi chaos maka hukum hanya akan jadi omong kosong yang tak bernilai di sebagian (besar) masyarakat. Nasibnya akan menjadi "ada tapi tak ditaati."

Hukum bagi khalayak luas yang awam adalah sarana mencapai dan menjaga keadilan. Segala tata formalnya diarahkan untuk menuju keadilan, bukannya diarahkan untuk menekan suatu golongan oleh golongan lain. Kalau hukum sudah berlama-lama "tidak lagi adil" maka tunggulah saatnya pecah kerusuhan massal. Sebab jika piring kosong jauh lebih banyak dari piring yang berisi, amarah itu bertemu bahan bakar tuntuntan perubahan nasib. Orang banyak akan main hakim sendiri, menegakkan keadilan menurut versinya sendiri. Hukum di rimba bisa jadi malah lebih baik, karena belum saya dengar sekumpulan rusa membantai harimau. Sedangkan di perkotaan rakyat bisa menggoyang penguasa.

Silahkan memperhatikan apakah indikasi sosial sekarang sedang menuju ke arah itu atau saya hanya mengutarakan omong kosong belaka. Lihat bagaimana semakin banyak orang yang tidak lagi mau mengalah di jalan raya tidak lagi mempertimbangkan hak orang lain di jalan. Indikasi lainnnya pun semakin banyak, silahkan diperhatikan.

Kalau penyelewengan hukum dari keadilan terus menerus dibiarkan berlaku bebas tanpa kontrol sama sekali dari anggota masyarakat maka resikonya akan ditanggung rakyat itu sendiri.


Senin, 23 Mei 2011

Watch "TEDxYouth@Taipei - Peter Han - Innovation"



Published with Blogger-droid v1.6.9

Watch "The Future of Robotics and Artificial Intelligence"



Published with Blogger-droid v1.6.9

Tentang perubahan (quotes)

FB note
by Sunu Pradana on Tuesday, September 29, 2009 at 1:16pm

"If you do what you've always done,
you'll get what you've always gotten."
-- Anthony Robbins

"Jika anda selalu melakukan seperti apa yang telah anda lakukan sebelumnya,
maka anda akan mendapatkan apa yang telah / selalu anda dapatkan."
-- Anthony Robbins

"Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different results."
-- Albert Einstein, (attributed) US (German-born) physicist (1879 - 1955)

"Kegilaan adalah melakukan sesuatu yang persis sama berulang kali dan mengharapkan akan mendapatkan hasil yang berbeda."
-- Albert Einstein, (attributed) US (German-born) physicist (1879 - 1955)

“Those things that hurt, instruct.”
-- Benjamin Franklin

"Hal-hal yang melukai, mengajar"
-- Benjamin Franklin

 

People change when they...
...Hurt enough that they have to;
...Learn enough that they want to:
...Receive enough that they are able to.
-- John C Maxwell

Orang berubah ketika mereka...
Cukup terluka sehingga harus berubah,
Cukup belajar hingga ingin berubah, dan
Cukup mendapatkan hingga dapat berubah
-- John C Maxwell

Credits:
http://hoopthoughts.blogspot.com/2009/09/tremendously-amazing-formula-from-john.html
http://www.quotesdaddy.com/quote/1202697/benjamin-franklin/those-things-that-hurt-instruct
http://www.completemartialarts.com/quotes.htm


You will never know

FB note by Sunu Pradana on Tuesday, September 15, 2009 at 5:02pm

There once was a small village where a young child was bought a horse for his 9th birthday.. the villagers heard about this, and said that this was fantastic news… but when the Zen Master heard about this he simply said “we shall see”…

Three years later the boy fell of his horse and broke his legs, the villagers were distrought, “what terrible news” they said.. but the Zen Master simply said “we shall see”.

One year later the country went to war, and due to his injury the boy was able to stay at home instead of fighting, “what great news” said the villagers, and once again, the Zen Master simply said:

“we shall see”.

The purpose of me sharing this tale with you is to reinforce the fact that life is a series of ups and downs, and if you are at a low point right now, it may be for a reason, and if you are on a high, don’t take it for granted, don’t get too comfortable or lethargic, keep on working, and keep on having fun.

Remember, Life is just a series of peaks and troughs. And you don’t know whether you’re in a trough until you’re climbing out, or on a peak until you’re coming down. And that’s it you know, you never know what’s round the corner.

Dikutip sepenuhnya dari http://deanhunt.com/the-zen-master-and-the-villagers/


Akademisi dan tukang catut, menurut Tan Malaka

FB note by Sunu Pradana on Thursday, June 18, 2009 at 11:11pm

 

Thesis (10 Juni 1946)
KATA PENGANTAR

 

...
Kita membenarkan sama sekali keperluan latihan akademi dalam ilmu seperti kimia, listrik, dan tehnik. Tetapi inipun tidak berarti bahwa yang ulung dan berhak bersuara dalam ilmu semacam itu mestinya hanya keluaran akademi saja. Cukuplah disini disebutkan bahwa pembikin beberapa teori yang amat berharga dalam hal listrik di jaman listrik ini seperti Michael Faraday Cuma keluaran sekolah sebenggol (rendah) saja. Thomas Edison, penemu (inventor) listrik diusir oleh gurunya dari kelas satu atau dua di sekolah rendah tadi pula karena…..bodoh.

 

Penuh contoh lain-lain dalam ilmu seperti tersebut diatas: tehnik, kimia, matematika ataupun BIOLOGY. Banyak ilmu yang dijalani dan teori penting yang dibentuk oleh hokum akademicia. Sebaliknya banyak pula contoh yang membuktikan bahwa akademici itu Cuma tukang hafal saja, tukang "catut" ilmu orang lain saja. Semuanya membuktikan bahwa "title" itu Cuma satu surat "pas" saja dalam dunia kecerdasan, bukanlah kecerdasan sendiri!
...

 

TAN MALAKA

 

referensi:
[1] http://www.tanmalaka.estranky.cz/clanky/karya-karya-tan-malaka/thesis--_10-juni-1946_

Ilmu, Guru dan Murid

by Sunu Pradana on Thursday, August 26, 2010 at 1:06am

"...
Belajarlah ilmu yang membuatmu merasa damai dan bijaksana.
Rendah hatilah terhadap murid-muridmu dan rendah hatilah terhadap guru-gurumu.
Janganlah menjadi ulama yang terlalu keras sehingga kebodohan kalian akan mengalahkan ilmu yang kalian miliki...." 

--Umar bin Al Khathab

 

quid pro quo:
Dari buku yang bagus disusun oleh Abdurrahman Asy Syarqawi: "Umar bin Al Khathab The Conqueror"
terbitan Sygma Publishing (halaman 425).


Prison Break, versi Albert Einstein :-)

FB note
by Sunu Pradana on Friday, May 14, 2010 at 10:53am

 

“A human being is part of a whole, called by us the Universe, a part limited in time and space. He experiences himself, his thoughts and feelings, as something separated from the rest a kind of optical delusion of his consciousness. 

 

This delusion is a kind of prison for us, restricting us to our personal desires and to affection for a few persons nearest us. Our task must be to free ourselves from this prison by widening our circles of compassion to embrace all living creatures and the whole of nature in its beauty.”  
 
--Albert Einstein (1879-1955)

Trial by fire

FB note
by Sunu Pradana on Wednesday, May 12, 2010 at 9:52pm
"Looking back at the six or seven power conversion companies I have worked in so far, I think it is somewhat intriguing to realize that professionals often learn (and contribute) the most in smaller companies
Just a plain coincidence that these companies are also often the ones engineers are least likely to ever want to admit having worked for, many years later! 
Call it a 'trial by fire' or 'hardening by heat treatment.' "
By Sanjaya Maniktala, Principal Engineer, Power Management Group, National Semiconductor Corp., Santa Clara, California 

 

http://www.planetanalog.com/showArticle.jhtml?articleID=54201732

NEGERI PARA BEDEBAH

PUISI NEGERI PARA BEDEBAH
karya: Adhie M Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor
menjatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli di negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan !

courtesy: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/puisi-negeri-para-bedebah.htm


Mengapa belajar Matematika itu terkadang sulit

FB note, by Sunu Pradana on Thursday, May 6, 2010 at 6:15pm

 

Most of us took mathematics courses from mathematicians—Bad Idea!  

Mathematicians see mathematics as an area of study in its own right. 

The rest of us use mathematics as a precise language for expressing relationships among quantities in the real world, and as a tool for deriving quantitative conclusions from these relationships. For that purpose, mathematics courses, as they are taught today, are seldom helpful and are often downright destructive. 

As a student, I promised myself that if I ever became a teacher, I would never put a student through that kind of teaching. I have spent my life trying to find direct and transparent ways of seeing reality and trying to express these insights quantitatively, and I have never knowingly broken my promise. 

With rare exceptions, the mathematics that I have found most useful was learned in science and engineering classes, on my own, ... 

 

Foreword 2010 by Carver A. Mead 

Dari buku: Street-Fighting Mathematics oleh Sanjoy Mahajan


Dimulai dari yang kecil, kisah Ibnu Musayyab.

FB note
by Sunu Pradana on Thursday, January 21, 2010 at 7:49pm

 

Cita-cita sering tinggi sekali dan sering sangat mulia tapi kadang sering lupa (terutama diriku) bahwa jejak langkah menuju bangunan besar itu dimulai dari hal-hal kecil sehari-hari. Dan tulisan Munawwar Khalil berikut bermanfaat untuk mengingatkan diriku dan siapapun yang berkenan.
"Ibnu Musayyab akhirnya ditolak menjadi perawi (penyampai) hadis Nabi Muhammad Saw. Walau sudah 'berkampanye' secara meyakinkan tentang hadis Nabi yang ia ceritakan, namun tak urung membuatnya 'lolos' jadi perawi hadis. Usut punya usut ternyata alasan 'gugurnya' Ibnu Musayyab karena ada yang menolak. 

 

Orang tersebut menyaksikan dia pernah berbohong. Orang bertanya, kapan, siapa dan dalam hal apa ia berbohong? Yang memberi kesaksian menjawab, suatu ketika saya melihat Ibnu Mushayyab menggenggam pasir sambil bilang kuuur…kuur. Tak pelak ayam-ayamnya berlarian mendekat, mengira akan diberi makanan. Ternyata Ibnu Mushayyab hanya mengecoh ayam-ayam itu dengan pasir, kemudian menangkapnya. Ibnu Mushayyab membohongi ayam-ayamnya. 

 

Karena itu, kata orang itu, Ibnu Mushayyab tidak bisa diterima sebagai perawi hadis. Ia pernah berbohong. Hadis yang disampaikannya, bisa jadi juga bohong."

 

http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?Itemid=9&id=1363&option=com_content&task=view

Niceness is inherent to being a good scientist

FB note
by Sunu Pradana on Wednesday, October 6, 2010 at 7:40pm
credit: http://www.sciencesurvivalblog.com/
I’m at a conference and I have noticed something that I have seen before: the top scientists are surprisingly nice. Now I wasn’t quite completely sure if this was true but at least some of my friends thought the same thing. Here’s is what happened. I’m at a conference that is a bit outside of my normal field, so I do not know most people but I certainly saw a lot of famous names of people who have published major papers in the field. I would muster my courage and just walk up to these famous people and say something pleasant to break the ice. Their reply typically is very courteous and you can see their eyes flitter to your conference badge immediately followed by a question like “where is Strathclyde?” Typically, you end up talking very pleasantly about science. In different situations I have found that top scientist tend to reply to your emails quickly, are happy to send you reprints (quickly), are happy to tell you about what they are doing.
 
There are multiple conclusions you could draw. Perhaps nice people become top scientists. Or perhaps scientists, once they reach the top, become nice. Or perhaps in order to become a top scientist, one has to display a certain degree of niceness. My feeling is that a good scientist has to network, get to know a lot of people and be known by a lot of people, in order to flourish. It is very easy to make jokes about world-shy nerdy scientists locked up in some basement lab but in reality scientist have to be very sociable and amicable. Thus, despite the fact that scientists have to be rude, they also have to be nice.
 
by Klaas Wynne
http://www.sciencesurvivalblog.com/conferences/niceness-is-inherent-to-being-a-good-scientist_994

Iqra, bacalah ... yang pertama yang paling terabaikan

FB note
by Sunu Pradana on Saturday, October 16, 2010 at 3:12pm
 
Kisah ini adalah salah satu kisah yang paling membekas dalam ingatan saya. Kalaupun tidak sampai "titik dan komanya" saya ingat, esensi cerita ini sungguh membekas. Sudah lama ingin saya sampaikan, sayang buku versi terjemahannya tak lagi saya temukan, untungnya versi ebooknya sekarang tersedia.Ini cerita yang ironis, tapi mengandung pelajaran yang tinggi sekali nilainya.
 
Moshe Dayan, seorang panglima dari angkatan bersenjata Israel yang merencanakan dan melaksanakan eksekusi operasi 'The Sinai Campaign of 1956', mengungkapkan secara menyeluruh mengenai rencana induk (masterplan) peperangan tersebut dalam buku biografinya yang ditulis oleh Shabtai Teveth.
 
Di halaman 267 Dayan mengungkapkan peta rencana pergerakan tentara Israel. Bahkan karena sangat gembiranya dengan hasil yang dicapai dari peperangan itu ia sesumbar kalau suatu hari nanti perlu berperang lagi dengan negara-negara Arab maka ia akan mengulangi lagi semua manuver peperangan titik demi titik seperti yang telah diungkap dalam bukunya itu. Moshe Dayan menepati janjinya, ia menghajar telak tentara Mesir pada 1967 dengan gaya textbook.
 
Moshe Dayan sangat paham tidak bakal ada orang Arab yang akan membaca buku biografinya atau buku-buku lain tentang Yahudi dan/atau ditulis oleh orang Yahudi. Tidak peduli bahwa buku-buku tersebut sangat mungkin berisi informasi tentang rencana-rencana kaum Yahudi terhadap orang Arab atau bahkan detail rencana peperangan seperti yang terdapat dalam buku biografinya sendiri.
 
Perintah pertama yang turun adalah untuk membaca, "Bacalah!" dan dunia kaum muslim menterjemahkannya dalam praktik menjadi "Kami tidak akan membaca!" [terj]
 
Di buku itu (Arabs and Israel)  Ahmed Deedat menceritakan sementara banyak orang Arab terbukti "cuek bebek", sebaliknya tentara Israel terlatih secara teknis dengan baik. Bahkan mereka menganggap musuh mereka, orang-orang Arab, sebagai golongan yang mempunyai keunggulan fisik lebih baik. Dengan pengakuan kesadaran akan kelemahan yang dimiliki inilah tentanra Israel mencari peluang untuk unggul, misalnya dalam hal penggunaan teknologi.
 
Masih 'pengen' menang dari kaum Yahudi ???
 
Dari buku (ebook) tulisan Ahmed Deedat "ARABS AND ISRAEL - CONFLICT OR CONCILIATION?"  :
 
Moshe Dayan, the Commander-in-Chief of the Israeli Army who planned and executed 'The Sinai Campaign of 1956', tells it all in his biography by Shabtai Teveth, about his masterplan. On page 267 Dayan discloses a map of the planned Israeli advances, and was so tickled by his achievement, that he boasts that if it became necessary to have another go at the Arabs, he would point by point repeat the manoeuvres. And true to his promise he cut the Egyptian Army to shreds in 1967 - textbook style.
 
Dayan knew too well that no Arab would ever read his biography or any other book about the Jews by the Jews, to learn what their Semitic cousins were planning for them. MUSLIMS WILL NOT LEARN: In the very first word of the Quranic Revelation, God Almighty commanded the Prophet ( Peace be upon him) and through him commanded his followers 'Read!' To which the Muslim world in practice says 'We will not read!'
 
Will we ever benefit from the open secrets revealed by the Jews in their own literature? It does not look as if we are ready to learn.What is the reason that we are discomfitured by the Jews time after time ?
The answer is simply superior planning and weaponry. In short, technology!  'And technology is not a closed shop...' I told the Jewish boys and girls at the Rondebosch meeting, after the 'Six Day War' in 1967.
 
Seven years later Martin Zucker reporting from Tel Aviv repeated my words almost word for word:
THE AVERAGE ARAB SOLDIER, ACCORDING TO THE ISRAELIS, CONTINUES TO BE AN INDIVIDUAL COMING FROM A PEASANT BACKGROUND WITH ABOUT SIX YEARS OF SCHOOLING ... THE AVERAGE ISRAELI SOLDIER-CONSCRIPT, IN COMPARISON, HAS EIGHT TO 12 YEARS OF SCHOOLING, PART OF IT TECHNICAL.........
....THE ISRAELIS RATE THEIR ENEMIES (the Arabs) AS BETTER PHYSICAL SPECIMENS THAN THEMSELVES.
'The Daily News' May 29, 1974.
 
Ref:
[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Ahmed_Deedat
 

Terlena kenyamanan bulu kelinci (Dunia Sophie)

FB note

by Sunu Pradana on Wednesday, December 29, 2010 at 9:09am

...

 

"Menurutmu, mengapa Thomas dan Ibunya bereaksi dengan cara begitu berbeda ?

 

Semua ada hubungannya dengan kebiasaan. Ibu sudah tahu bahwa orang tidak dapat terbang. Thomas belum. Dia belum yakin apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan di dunia ini.

...

Sedihnya, bukan hanya kekuatan gaya berat sajalah yang terbiasa kita rasakan ketika kita tumbuh. Dunia itu sendiri dengan serta-merta menjadi suatu kebiasaan. Tampaknya seakan-akan dalam proses pertumbuhan kita kehilangan kemampuan bertanya-tanya tentang dunia. Dan dengan berlaku demikian, kita kehilangan sesuatu yang sangat penting--sesuatu yang oleh para filosof diusahakan untuk dipulihkan. Sebab di suatu tempat dalam diri kita sendiri, ada sesuatu yang mengatakan kepada kita bahwa kehidupan merupakan suatu misteri yang sangat besar. Inilah sesuatu yang pernah kita alami, jauh sebelum kita belajar untuk memikirkan pemikiran itu.

...

Karena berbagai alasan, kebanyakan orang begitu disibukkan oleh permasalahan sehari-hari sehingga keheranan mereka terhadap dunia tersuruk ke belakang. Mereka merayap jauh ke dalam bulu-bulu kelinci, meringkuk dengan nyaman, dan tinggal di sana sepanjang hidup mereka.

 

 Bagi anak-anak, dunia dan segala sesuatu di dalamnya itu baru, sesuatu yang membangkitkan keheranan mereka. Tidak demikian halnya bagi orang-orang dewasa. Kebanyakan orang dewasa menerima dunia sebagai sesuatu yang sudah selayaknya demikian.

 

 Di sinilah tepatnya para filosof itu menjadi tokoh istimewa. Seorang filosof tidak pernah terbiasa dengan dunia. Baginya, dunia selalu tampak sedikit tidak masuk akal--membingungkan, bahkan penuh teka-teki. Para filosof dan anak-anak kecil karenanya sama-sama memiliki indra yang penting. Kamu boleh mengatakan bahwa sepanjang hidupnya seorang filosof selalu menjadi seorang anak-anak yang peka"

-- Dari buku novel "Dunia Sophie" halaman 49 ~ 50.

FAIR USE:

 

Kutipan di atas diambil dari novel yang sangat bagus karya Jostein Gaarder berjudul "Dunia Sophie". Diterbitkan oleh Mizan, gold edition cetakan ke dua 785 hal (minus index). Sekalipun sebuah novel, buku ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa FIB. Salah satu yang kebetulan saya tahu adalah untuk kuliah Dasar-Dasar Filsafat di UI .

Keutamaan novel filsafat ini adalah bahwa pengantar ilmu filsafat disajikan dengan cara yang ringan. Tokoh utamanya adalah Sophie, seorang anak putri 14 tahun, yang dituntun untuk belajar filsafat secara mudah dengan berbagai hal dalam kehidupannya sehari-hari.  Jostein Gaarder adalah seorang penulis pandai, karena menurut Albert Einstein diperlukan seorang pandai untuk bergelut dengan kerumitan lalu menyajikannya dengan cara yang mudah bagi orang lain.

 

Direkomendasikan :-)


Antara sains dan ego, antara kesediaan untuk belajar dan pengacuhan

FB note by Sunu Pradana on Saturday, January 1, 2011 at 7:18pm
"It is not the nature of things for any one man to make a sudden, violent discovery; science goes step by step and every man depends on the work of his predecessors.
When you hear of a sudden unexpected discovery - a bolt from the blue - you can always be sure that it has grown up by the influence of one man or another, and it is the mutual influence which makes the enormous possibility of scientific advance.
Scientists are not dependent on the ideas of a single man, but on the combined wisdom of thousands of men, all thinking of the same problem and each doing his little bit to add to the great structure of knowledge which is gradually being erected. "
— 1st Baron Rutherford of Nelson Ernest Rutherford
Quoted in Robert B. Heywood, 'The Works of the Mind', The Scientist (1947), 178. 
 
He who cannot draw on 3000 years is living hand to mouth.
--Johann Wolfgang von Goethe
 
There is nothing more frightening than active ignorance.
--Johann Wolfgang von Goethe  

Glory & Doom, Achilles

FB note by Sunu Pradana on Tuesday, January 11, 2011 at 10:49am
[Thetis to Achilles]
If you stay in Larissa, you will find peace. You will find a wonderful woman, and you will have sons and daughters, who will have children. And they'll all love you and remember your name. But when your children are dead, and their children after them, your name will be lost. 
If you go to Troy, glory will be yours. They will write stories about your victories for thousands of years and the world will honor your name. But if you go to Troy, you will never come back, for your glory walks hand-in-hand with your doom. And I shall never see you again.
--Troy (2004)

Hasil baik dari kemalasan dan ketidakpuasan

FB note by Sunu Pradana on Wednesday, January 12, 2011 at 1:16pm

Note berikut sekedar sebagai penyeimbang :-)

 

Ada baiknya dimulai dari kutipan penuh dari sebuah buku :

..."Renungkanlah. Orang pertama yang berpikir untuk memasang layar adalah dia yang tidak ingin susah payah mendayung. Orang yang pertama kali memasangkan bajak di pundak sapi adalah orang yang tidak ingin memeras keringat dengan mencangkul. Siapapun yang memanfaatkan air terjun untuk menggiling gabah adalah dia yang benci harus menumbuk padi dengan alu." ...

 

Fair Use: Dari buku Malas Tapi Sukses, terjemahan tulisan Fred Gratzon. Diterbitkan oleh Penerbit Gemilang April 2010.

 

Apa saja produk dari kemalasan dan/atau ketidakpuasan yang kita pergunakan ?

+ Telephone

Orang tidak puas hanya mendapatkan informasi dengan menterjemahkan kode morse, orang ingin mendengar suara lawan bicara. Orang malas menghafal kode morse (bahkan sampai sekarang ujian kirim&terima dgn kode morse untuk operator radio adalah momok), malas untuk pergi ke kantor telegraph.

 

+ Gagang Telephone berkabel panjang dan Wireless Telephone.

Orang tidak puas untuk dibatasi aktivitasnya hanya menerima telephone, sebagian ingin bercakap-cakap sambil menyiapkan sarapan pagi misalnya. Orang malas untuk pergi ke tempat telepon kabel diletakkan dalam ruang/rumah. Orang lebih memilih untuk membawa wireless phone kemanapun di dalam rumah.

 

+ Handphone/cellphone

Orang tidak puas hanya bisa berbicara dengan mendatangi tempat fixed phone berada. Orang ingin puas berbicara di manapun kapanpun. Orang yang sedang malas berbicara ingin mengirim informasi dengan text (sms).

 

+ Komputer Desktop

Para engineer malas untuk mengganti tabung triode atau sejenisnya yang gampang putus pada komputer generasi pertama. Orang tidak puas dengan ukuran yang besar dan konsumsi daya energi listrik yang tinggi dari komputer generasi awal. Orang tidak puas bekerja berbagi satu server melalui beberapa terminal. Orang malas pergi ke ruang server untuk mengambil dan menyimpan data.

 

+ Laptop

Orang tidak puas hanya dapat menggunakan komputer meja (desktop), mereka ingin bisa membawa komputer ke banyak tempat yang mereka tuju. Orang malas memindah-mindahkan dan membawa komputer desktop yang relatif berat dan harus terhubung ke jala-jala listrik (entah langsung atau melalui alat semacam UPS) atau menggunakan accu dengan inverter.

 

+ Netbook

Orang tidak puas dengan ukuran laptop yang relatif masih dianggap besar dan berat untuk banyak kebutuhan pengguna. Hal ini seiring dengan kemajuan zaman dimana kebutuhan komputasi personal meningkat seiring dengan lebih banyak aspek kehidupan personal manusia yang menggunakan komputer. Orang tidak puas dengan daya tahan baterai laptop yang awalnya singkat (sekarang ada yang sudah mencapai 8 jam lebih) , hal ini berkaitan dengan kebutuhan sistem elektronik komputasi. Lahirlah generasi semacam Intel Atom untuk aplikasi komutasi yang relatif ringan bagi personal computing. Orang malas membawa laptop dan malas membawa (plus mengganti) baterai tambahan.

 

+ Tablet

Masih kurang puas dengan volume dan berat Netbook orang mencari sesuatu yang lebih ringkas. Everywhere everytime personal computing is increasing.  Malas membawa papan kunci alias keyboard, buang. Gantikan dengan touchscreen.

 

+ WiFi

Tidak puas dengan jankauan dan biaya set up jaringan komputer berbasis kabel. Malas menangani keruwetan pengaturan awal dan pemeliharaan jaringan kabel.

 

+Pemanas / pendingin ruangan

TIdak puas dengan suhu dan kelembaban yang ada. Malas untuk mencari kayu bakar :-)

 

+ TV Remote Control

Monumen besar dan telak dari ketidak puasan dan kemalasan, need I say more ?

-------------------

Menuju pencapaian untuk semakin efektif, semakin efisien. Meskipin kadang hanya dari beberapa sisi dan dengan pengorbanan di sisi lainnya. In engineering we used to call it TRADE-OFF :-)

 

Izinkan note ini diakhiri dengan kutipan dari Thomas Alva Edison:

"Discontent is the first necessity of progress."

"Ketidak puasan adalah syarat pertama dari kemajuan"

 


Do not frown :-)

 FB by Sunu Pradana on Thursday, January 20, 2011 at 9:32pm

 

WAVES FROM MOVING SOURCES.

Adagio. Andante. Allegro moderato.

 

$450. The following story is true. There was a little boy, and his father said, "Do try to be like other people. Don't frown." And he tried and tried, but could not. So his father beat him with a strap; and then he was eaten up by lions.

 

Reader, if young, take warning by his sad life and death. For thought it may be an honor to be different from other people, if Carlyle's dictum about the 30 millions be still true, yet other people do not like it. So, if you are different, you had better hide it, and prentend to be solemn and wooden-headed. Until you make your fortune. For most wooden-headed people worship money; and, really, I do not see what else they can do. In particular if you are going to write a book, remember the wooden-headed. So be rigorous; that will cover a multitude of sins. And do not frown.

 

There is a time for all things : for shouting, for gentle speaking, for silence ; for the washing of pots and the writing of books. Let now the pots go black, and set to work. It is hard to make a beginning, but it must be done.

 

-- Oliver Heaviside,

Electromagnetic Theory, Vol 3 (1912), Ch. 9 'Waves from moving sources - Adagio, Andante, Allegro moderato.'


 


Bibit Unggul dan Media Tumbuh Kembang, Politik Pengabaian

FB note

by Sunu Pradana on Saturday, January 22, 2011 at 4:10pm

"Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu."  — John F. Kennedy

 

Biasanya kalimat di atas menjadi semacam mantra yang diungkapkan oleh politisi atau sebagian orang lain yang sepaham dengan mereka. Yang jarang diungkapkan secara gamblang adalah bahwa Kennedy adalah presiden negara Amerika Serikat, yang dalam Amandemen Pertama dari UUD-nya menjamin kebebasan berbicara. Ini adalah negara yang rakyatnya boleh marah sejadi-jadinya kepada administration (administer VS pemerintah, versi bahasa kita) sepanjang kegiatannya tak melanggar hukum, gak pake acara sensi. Biasanya politisi, apalagi yang sedang berkuasa jarang mau mengungkapkan ini, untuk alasan yang sudah jelas.

 

Sebagaimana padi masih perlu tanah (atau media serupa) dan ikan cakalang masih perlu lautan, yang disebut kemajuan bangsa itu bersyarat. Ada perbaikan bibit tapi juga ada perbaikan media tumbuh kembang. Kalau cuma satu yang digeber disuruh baik ya gak bisa. Amal pahala akhirat dapat, tapi energi kerja untuk masyarakat sia-sia.

 

Di bawah ini ada tulisan menarik, contoh kasus dari sekian banyak kasus yang luput dari perhatian. Entah dimulai kapan, barangkali sebelum 2007, berlanjut 2008-2009-2010-2011 ... . Lalu mungkin kita akan marah-marah karena hasil temuannya "dicolong" Malaysia. Jadilah lagi sebutan Malingsia, mencuri harta yang disia-siakan pemilik sahnya. Menarik untuk dilihat apa "yang telah diberikan" ini akan segera luas diterapkan atau seperti biasa, terlalu banyak alasan yang akhirnya jadi tertawaan negara lain. Lalu ... menyalahkan yang sudah terlanjur apatis. Ini dia tulisan lengkapnya:

 

Wanita di antara katoda dan anoda

Pekan lalu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar seminar teknologi fuel cell yang didukung beberapa perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas serta agen tunggal pemegang merek (ATPM).

 

Fuel cell atau sel bahan bakar bukan hal yang baru karena sudah ditemukan ilmuwan Inggris, Francis Bacon, pada 1930. Secara sederhana, cara kerjanya mirip aki. Pada fuel cell terdapat dua lapis elektroda dan elektrolit (zat) yang akan membiarkan ion lewat, namun menahan elektron.

Pada anoda dialirkan H2 (hidrogen) kemudian logam platina (Pt) pada anoda bekerja sebagai katalis, ‘mengambil’ elektron dari atom hidrogen. Ion H+ yang terbentuk akan melewati elektrolit, sedangkan elektron tetap tertinggal di anoda.

 

Sementara itu, di katoda, oksigen dialirkan. Kemudian, ion H+ yang melewati elektrolit akan berikatan dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yang terkandung pada katoda sebagai katalis.

Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada anoda, elektron tertinggal, sedang di katoda elektron dibutuhkan. Sehingga, jika anoda dan katoda dihubungkan, elektron akan mengalir. Limbah reaksi ini berupa air (H20) yang aman untuk langsung diteguk.

 

Sepintas sederhana, tapi untuk membuatnya butuh pengetahuan material mumpuni. Salah satunya adalah Eniya Listiani Dewi. Perempuan alumnus Departemen Kimia Terapan Universitas Waseda, Tokyo, yang mengepalai tim pengembangan fuel cell BPPT.

 

Dari tangannya lahir fuel cell dengan kandungan lokal 80% yang sudah mampu menghasilkan 20 Watt. Hingga akhir tahun ini dia menargetkan fuel cell ciptaannya bisa menghasilkan 50 Watt dengan ukuran makin kompak.

 

Sepintas memang masih jauh untuk berbicara soal produksi massal dari fuel cell itu. Misalnya untuk catu daya telepon genggam, komputer jinjing, apalagi mimpi memiliki mobil listrik dalam negeri secanggih mobil-mobil fuel cell luar negeri.

 

Namun, dari bisik-bisik tamu yang hadir, isi di dalam kotak sel bahan bakar itu sudah menerbitkan kekhawatiran dari negara lain. Sebab teknologi membran electrode assembly (MEA), yang merupakan kunci dalam proses konversi energi dari energi kimia menjadi energi listrik itu asli Indonesia dan sudah selangkah lebih maju dibandingkan teknologi negara lain.

 

Lebih murah

Kekhawatiran itu muncul sebab membran hidrokarbon bermaterial lokal itu itu dapat menurunkan biaya produksi hingga 85% dibandingkan membran komersial yang kini beredar di pasaran. Sekotak fuel cell ciptaan Eniya itu hanya berharga Rp25 juta.

 

“Kalau nanti bisa diproduksi secara massal, bisa ditekan hingga 80%-85% dari harga saat ini. Sekarang masih mahal tapi kita sudah menemukan sistemnya. Jadi bisa terus dipermurah,” tutur ibu empat anak ini.

Satu tantangan yang masih harus dicari solusi perempuan penerima grant dari Japan Society of Promotion of Science 2000-2003 ini adalah meningkatkan ketahanan membran polimer ciptaannya itu yang kini baru bisa dipakai seumur lampu pijar biasa atau 4.000 jam.

 

Menurut dia, mengetahui sistem jauh lebih penting daripada produksinya. Hal itu merujuk kasus sistem sel matahari (photovoltaic) yang sudah 25 tahun diterapkan di Tanah Air tapi tak dikuasai teknologinya. Hasilnya Indonesia hanya bisa terus menerus mengimpor.

 

Sayangnya, meski fuel cell berpotensi besar, pemerintah tak kunjung mengucurkan dana penelitian yang mencukupi. Dari dana ideal sebesar Rp50 miliar, tahun ini pemerintah hanya mengucurkan dana Rp1 miliar dan tahun depan Rp3 miliar.

 

Meski diberi modal seadanya dan cibiran peneliti BPPT lain, Eniyati tetap optimistis. Apalagi kini teknologi nano di Indonesia makin pesat sehingga perkakas fuel cell yang dihasilkannya bisa makin imut dan perkasa.

Menurut dia, pengembangan sel bahan bakar hidrogen dalam satu dekade ke depan sangat penting. Ini bisa dilihat dari keseriusan banyak industri otomotif dan generator yang makin terkonsentrasi pada teknologi ini.

Salah satu contohnya adalah perlombaan produsen kendaraan untuk mengaplikasikannya secara hibrid dengan mesin bakar atau bahkan 100% berbahan bakar hidrogen.

 

Eropa bahkan sudah berencana mengaplikasikannya untuk sarana transportasi massal mereka sementara Jepang pada kendaraan-kendaraan pribadi di perkotaan.

 

Malaysia pantas diberi tanda tebal. Jiran kita adalah satu negara Asean yang bernafsu mempercepat alih teknologi ini. Mereka bahkan sampai harus menggandeng raksasa Jerman Mercedes Benz yang melakukan riset dan penerapan fuel cell pada produk kendaraan masa depan mereka.

Meski kini Malaysia tertinggal namun Eniya mengingatkan semua pihak terkait kasus sel surya. Indonesia lebih dulu menggunakan tapi tertinggal dalam teknologi pembuatan. Hasilnya kini Malaysia sejajar dengan negara lain dan mengekspor sel matahari tersebut.

 

Rasanya kekhawatiran Eniya patut dicermati. Dulu Malaysia belajar perminyakan ke Indonesia, kini mereka mengekspornya pada mantan gurunya. Mereka juga tertinggal dalam urusan teknologi mobil, belakangan justru Proton yang melenggang di Tanah Air.

 

Bagaimana kemajuan rekayasa Indonesia? Setelah PT DI yang membuat Malaysia terperangah dipreteli, faktanya kini tinggal ‘teknologi’ pembantu rumah tangga murah saja yang masih bisa dibanggakan Indonesia pada Malaysia. Ironis!

 

*Bisnis Indonesia Edisi: 19/09/2007

sumber:http://aergot.wordpress.com/2008/07/05/eniya-listiani-dewi/

Posted by: algooth putranto on: July 5, 2008

 


Pentingnya merumuskan masalah

FB note
by Sunu Pradana on Monday, January 24, 2011 at 3:02pm
"Segera setelah anda sadar akan persoalan-persoalan saat ini, Anda selalu memperoleh semacam pengarahan intuitif mengenai apa yang harus dilakukan, ke mana harus pergi. Anda mendapatkan firasat mengenai langkah berikutnya. Selalu. Satu-satunya saat pengarahan ini tidak ada ialah ketika Anda mempunyai persoalan yang salah di dalam pikiran Anda. Problem dalam hidup bukan hanya terletak di dalam menerima jawaban-jawaban. Problemnya terletak di dalam mengidentifikasikan persoalan-persoalan yang Anda hadapi sekarang. Segera setelah persoalan Anda terumus dengan benar, jawaban-jawabannya selalu datang."
 
Fair use: Novel Manuskrip Celestine (The Celestine Prophecy) oleh James Redfield
Cetakan ketujuh: Augustus 2007, Gramedia.
 
Untuk penyeimbang kajian keseluruhan buku, kritik dan sanggahan:
http://www.wikinfo.org/index.php/Criticism_of_The_Celestine_Prophecy
http://www.icsahome.com/infoserv_bookreviews/bkrev_celestineprophecy.htm
http://kenneth.moyle.ca/cp/
http://www.christiananswersforthenewage.org/Articles_Celestine.html
http://www.jaguar-sun.com/celestn.html

Modelling, yang tidak berhubungan dengan fashion mode :-)

FB note
by Sunu Pradana on Tuesday, January 25, 2011 at 8:56pm

 

Saya ingat samar-samar pernah membaca tulisan wawancara dengan Prof Yohanes Surya,Ph.D., mengenai apa perlunya mengirim siswa-siswa muda cemerlang dari Indonesia untuk "berkumpul" dengan para peraih Nobel. Intinya soal pola pikir, sayangnya saya tidak menemukan kembali tulisan wawancara itu. Tetapi saya menemukan inti pemikiran yang sama di situs Prof Yohanes Surya, sbb:
"Berdasarkan statistik mulai tahun 1961 mereka yang meraih Nobel Fisika adalah murid peraih Nobel fisika sebelumnya. Para peraih Nobel biasanya berada dalam lingkungan elit para ilmuwan besar. Dengan bekerja pada peraih Nobel seorang bisa berada dalam lingkungan elit para ilmuwan besar ini. Ini akan sangat mempengaruhi cara berpikir dia dan cara ia melakukan penelitian-penelitian. Jadi dapat dimengerti mengapa peraih nobel “dilahirkan” oleh peraih nobel. 

 

Nah kalau kita mau meraih Nobel maka kita harus kirim sebanyak mungkin siswa cerdas kita ke universitas dimana ada peraih Nobel atau ilmuwan yang hebat-hebat seperti di MIT, Caltech, Stanford Univ, Princeton, Univ. Cambridge, Univ. Tokyo dan sebagainya.

 

Saat ini kami sudah mengirim beberapa siswa terbaik kita ke berbagai universitas top di luar negeri. Mereka sudah banyak berinteraksi dengan para peraih Nobel diantaranya Widagdo Setiawan di MIT menjadi murid Wolfgang Ketterle (peraih Nobel Fisika tahun 2001), Evelyn Mintarno di Stanford Univ. sempat menjadi asisten Douglas Osherroff (peraih Nobel Fisika tahun 1996), Oki Gunawan di Princeton Univ pernah jadi murid Daniel Tsui (peraih Nobel Fisika tahun 1998), Rizal Fajar di Caltech banyak berinteraksi dengan peraih Nobel, bahkan ia sempat mengajar suatu kelas dimana di kelas itu ada seorang peraih Nobel fisika tahun 2004 (ya peraih nobel fisika sungguhan) sebagai murid. Ada sekitar alumni 70-an alumni TOFI sekarang tersebar di seluruh dunia." [1]
Di dalam sebuah terjemahan buku klasik, Quantum Learning, terdapat paragraf berikut:
"Jika anda mengenal seorang yang menampilkan perilaku yang Anda kagumi, atau yang telah mencapai sesuatu yang ingin Anda lakukan , Anda dapat menggunakan orang itu sebagai model. Dan Anda dapat meniru keberhasilan orang itu dengan mengatur pola berpikir dan tubuh Anda seperti dia. Para ilmuwan menyebut ini sebagai pemodelan (modeling)."[2, halaman 40 ]

 

Beberapa hari yang lalu, sewaktu saya sampai pada halaman yang berisi paragraf di atas saya teringat tulisan wawancara Prof Yohanes. Ingatan itu mucul mendadak, tanpa usaha sama sekali. Barangkali yang baru saja saya baca memicu ingatan karena ada penjelasan lebih mengenai pemodelan. Tantangannya sekarang adalah bagaimana mendapatkan sumber bacaan mengenai para tokoh yang ingin dijadikan model. Untuk beberapa tokoh cukup tersedia, misalnya untuk Rasulullah SAW terdapat banyak sekali hadith yang bisa diperoleh.

 

Tidak semua tokoh memiliki biografi apalagi autobiografi, kalaupun ada maka cetakan bukunya belum tentu gampang diperoleh. Inilah pentingnya Internet, sekarang :-) Banyak kisah hidup, tulisan dan karenanya, pola pikir para tokoh yang bisa diperoleh dari berbagai situs dalam berbagai bentuk dan format.
Meniru adalah proses alamiah manusia dari lahir sampai mati. Begitu pula perjalanan kemajuan teknologi sebuah bangsa, Jepang dahulu konon adalah toekang tiroe yang rajin.

 

Sayangnya kalau diamati sehari-hari belakangan ini di berbagai lingkungan, yang suka ditiru sekedar kulit permukaannya saja. Sekedar simbol-simbol dan ciri-ciri, bukan esensi. Karenanya dinamika internal dan pola pikir sang tokoh sering kali terlewati, tidak teramati dan gagal untuk ditiru.

 

Pada sebuah buku lain saya pernah membaca sang penulis memberi peringatan tentang usaha meniru yang sekedar meniru. Menurutnya, kurang lebih, hanya karena para pendiri dan pegawai Yahoo! mengenakan jeans, t-shirt dan bertelanjang kaki saat bekerja di kantor maka sekedar meniru hal itu tidak akan membuat anda secanggih mereka. Pakaian dan penampilan para pegawai Yahoo! adalah fungsi dari dinamika internal pribadi mereka. Mereka perlu merasa secara fisik bebas dan nyaman untuk bebas dan nyaman berpikir. Sekedar meniru penampilan mereka tidak akan mendatangkan kemampuan berpikir yang sama.

 

Terakhir mungkin berharga untuk mencerna dan mengingat apa yang disampaikan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers. Pencapaian sesuatu tidak hanya bergantung pada kemauan dan kemampuan individu semata. Pencapaian juga bergantung pada daya dukung lingkungan, terpengaruh oleh keadaan sekitar. Jadi kadang dalam meniru juga perlu modifikasi, tidak dapat selalu persis sama :-) 

 

[1] http://www.yohanessurya.com/activities.php?pid=10103&id=33
Diakses 25 Januari 2011
[2] Buku Quantum Learning oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
Terjemahan, cetakan XXVIII, April 2010 oleh penerbit Kaifa

When you're in love, you want to tell the world.

FB note
by Sunu Pradana on Friday, January 28, 2011 at 11:21pm

Chapter 2
SCIENCE AND HOPE

"...Popularizing science—trying to make its methods and findings accessible to non-scientists—then follows naturally and immediately. Not explaining science seems to me perverse. When you're in love, you want to tell the world. This book is a personal statement, reflecting my lifelong love affair with science.

 

But there's another reason: Science is more than a body of knowledge; it is a way of thinking. I have a foreboding of an America in my children's or grandchildren's time—when the United States is a service and information economy; when nearly all the key manufacturing industries have slipped away to other countries; when awesome technological powers are in the hands of a very few, and no one representing the public interest can even grasp the issues; when the people have lost the ability to set their own agendas or knowledgeably question those in authority; when, clutching our crystals and nervously consulting our horoscopes, our critical faculties in decline, unable to distinguish between what feels good and what's true, we slide, almost without noticing, back into superstition and darkness. ..."

 

Fair Use:
"THE DEMON-HAUNTED WORLD: Science as a Candle in the Dark"
by Carl Sagan and Ann Druyan
Ballantine Books (February 25, 1997)
ISBN-10: 0345409469
ISBN-13: 978-0345409461


Minggu, 22 Mei 2011

Yin & Yang, The Tao of Physics

FB note
by Sunu Pradana on Monday, January 31, 2011 at 10:06pm


"...Karakter dinamis 'yin' dan 'yang' diilustrasikan melalui simbol Cina Kuno yang disebut T'ai-chi T'u, atau 'Diagram Sumber Yang Tertinggi':
 
Diagram ini adalah sebuah penataan simetris dari 'yin' yang gelap dan 'yang' yang terang, namun simetri ini tidaklah statis. Ia adalah sebuah simetri rotasional yang amat kuat menyiratkan sebuah pergerakan siklik yang terus menerus: 'Yang' kembali secara siklik menuju awalnya; 'yin' mencapai puncaknya dan memberikan tempat bagi 'yang.'
 
Kedua titik dalam diagram tersebut melambangkan gagasan bahwa setiap kali salah satu dari kedua kekuatan itu mencapai ekstrimnya, dalam dirinya sendiri telah terkandung benih-benih kebalikannya...Pengobatan tradional Cina juga didasarkan pada KESEIMBANGAN antara 'yin' dan 'yang' dalam tubuh manusia, dan setiap penyakit dipandang sebagai suatu gangguan atas keseimbangan ini..."
 
FAIR USE:
"The Tao of Physics"
oleh Fritjof Capra
Buku terjemahan diterbitkan oleh Jalasutra, cetakan ke IV, November 2009

Incomprehensible kok bangga :-)

FB Note

 by Sunu Pradana  on Friday, February 25, 2011 at 12:30pm

 

Saya menemukan ungkapan ini dalam sebuah ulasan tentang suatu buku (Linked) untuk FB 'note' sebelumnya (sendiri,diam-diam,ramai-ramai). Menarik apa yang diungkapkan oleh  Kes Sampanthar beikut: 

...Saya tidak pernah menjadi penggemar buku-buku ilmiah dan akademik yang membanggakan diri sebagai sesuatu yang benar-benar sulit untuk dimengerti. Richard Feynman, fisikawan pemenang Hadiah Nobel, pernah berkata bahwa jika seseorang benar-benar memahami subjek mereka harus mampu menjelaskannya kepada khalayak umum tanpa menggunakan jargon teknis ( Catatan Kuliah Feynman tentang Fisika Vol 1,2,3 adalah contoh yang sempurna). Untuk dapat menjelaskan subjek yang rumit Anda perlu menggunakan analogi, contoh dan cerita. Cerita memberikan kerangka pemahaman bagi pembaca umum untuk menyerap materi yang kompleks...

(...I have never been a fan of scientific and academic books that pride themselves on being totally incomprehensible. Richard Feynman, the Nobel Prize winning physicist, once said that if someone truly understands a subject they should be able to explain it to a general audience without resorting to technical jargon (Feynman's Lectures on Physics Vol 1,2,3 are a perfect example). To be able to explain a complex subject you need to resort analogies, examples and stories. Stories give a framework for the general reader to absorb the complex material...)

Masukan yang bagus, semoga bisa segera dicoba lagi.

Ref:

http://www.amazon.com/Linked-Everything-Connected-Else-Means/dp/0452284392

http://www.linkedin.com/in/kessampanthar

 


Rabu, 11 Mei 2011

Watch "What Can Singapore Teach...?" on YouTube



Published with Blogger-droid v1.6.8

Android@Home Lets You Control Your Lights & Appliances Wirelessly

from: Mashable!

Google has just unveiled the Android@Home framework, a set of protocols for controlling light switches, alarm clocks and other home appliances through any Android device.
The search giant's ambitious plan intends to turn the home into one connected device. During a demo Tuesday at Google I/O in San Francisco, the company showed off the capability to control lights via an Android tablet. Android@Home essentially makes it possible to control wireless or connected devices.

Google also showed off a new type of Android device: a home theater system called "Project Tungsten." Google rigged several speakers to the Android OS and, using an Android tablet, controls the speaker system. Google also demonstrated how the system can start playing music just by swiping a near-field communication-enabled CD case in front of the "Project Tungsten" setup.

Don't expect to be controlling your home light switches with Android@Home next week, though. Google has partnered with companies such as LightingScience to bring compatible appliances and devices to the market, but they won't debut until the end of the year.

Google unveiled the framework now so that developers can get a head start on building apps on top of the new protocols.

Read story on:
http://www.buzzbox.com/preview/android-home-lets-you-control-your-lights-appliances-wirelessly/?id=36808803

found with BuzzBox News App on my Android phone


Kamis, 05 Mei 2011

Minggu, 01 Mei 2011

Decibel (dB): definition, example & calculator (an excerpt)

Decibel (dB) definition
Decibel (Symbol: dB) is a logarithmic unit that indicates ratio or gain.
Decibel is used to indicate the level of acoustic waves and electronic signals.

The logarithmic scale can describe very big or very small numbers with shorter notation. The dB level can be viewed as relative gain of one level vs. other level, or absolute logarithmic scale level for well known reference levels.

Decibel is a dimensionless unit. The ratio in bels is the base 10 logarithm of the ratio of
P 1 and P 0 :
Ratio B = log 10 (P 1 / P 0 )

Decibel is one tenth of a bel, so 1 bel is equal to 10 decibel.
1B = 10dB

Power ratio
The power ratio in decibels (dB) is 10 times base 10 logarithm of the ratio of P 1 and P 0 :
Ratio dB = 10·log 10 (P 1 / P 0 )

Amplitude ratio
The ratio of quantities like voltage, current and sound pressure level are calculated as ratio of squares.

The amplitude ratio in decibels (dB) is 20 times base 10 logarithm of the ratio of V 1 and V 0 :
Ratio dB = 10·log 10 ([V1]^2 / [V0]^2 )
= 20·log 10 (V 1 / V 0 )

Decibel (dB): definition, example & calculator http://bit.ly/mRaCtB

 

Published with Blogger-droid v1.6.8